Wasit dan klub mengeluh tentang penundaan penghargaan Piala Kemerdekaan
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Tim Transisi yang memulai Piala Kemerdekaan mendapat perhatian atas penampilannya. Hal ini setelah masih banyak kendala terutama masalah finansial meski turnamen telah usai
JAKARTA, Indonesia – Piala Kemerdekaan 2015 mencapai babak final pada Minggu, 13 September. Lahirlah juaranya, PSMS Medan yang mengalahkan Persinga Ngawi 2-1.
Namun setelah turnamen, banyak hal yang belum terselesaikan. Pertama, biaya wasit. Tidak semua wasit menerima gajinya. Salah satunya wasit Jabar Dadan Suhandra.
Hal itu terungkap sehari sebelum final. Dadan mengatakan, mereka harus mengeluarkan biaya sendiri untuk menyelesaikan pertandingan di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Kami menunggu, tapi belum diberikan. “Iya, harapan tim transisi menjadi lebih baik ternyata sama, dimana mereka bilang akan memperbaiki tata kelola,” kata Dadan.
Masalah kehormatan belum terselesaikan, muncul masalah lain biaya pertandingan yang belum dibayar. Kali ini Klub Kalteng Putra, klub yang mencapai babak perempat final Piala Kemerdekaan buka suara.
Melalui salah satu pengurus klub yang enggan disebutkan namanya, terungkap adanya utang sebesar Rp 125 juta. Mereka seharusnya menerima uang ini sebagai hak setelah memainkan permainan tersebut.
Rinciannya, Kalimantan Tengah Putra tidak mendapat Rp 50 juta biaya pertandingan dalam pertandingan babak penyisihan. Kemudian biaya pertandingan di babak perempat final sebesar Rp 75 juta.
“Kami bertanya, katanya kemudian. Jika Anda tidak bisa berkomitmen untuk menyelesaikannya, jangan membual tentang profesionalisme terlebih dahulu. Perbaikan manajemen apa yang ingin dilakukan oleh tim transisi? Sangat disayangkan menteri salah memilih orang untuk membantunya memajukan sepakbola Indonesia, jelasnya.
Berdasarkan penelusuran Rappler, ternyata Kalimantan Tengah Putra bukan satu-satunya yang mengalami permasalahan seperti ini. Hal serupa juga dirasakan klub lain yang lolos ke babak perempat final seperti Perserang, Persiba Bantul, bahkan Persinga.
Ditambah lagi dengan tidak terbayarnya hadiah juara milik PSMS Medan yang mencapai Rp 1,5 miliar. Kalau susah bayar Rp 125 juta, bagaimana bayar kewajiban senilai miliaran?
Namun saat ini PSMS melalui manajernya, Andry Mahyar mengaku tak ingin khawatir akan dilepas atau tidaknya harga tersebut dalam waktu dekat. Yang terpenting, PSMS kini sedang menikmati euforia kemenangan yang sudah lama dirindukan komunitas sepak bola Medan.
“Mudah-mudahan kewajiban Tim Transisi bisa diselesaikan, semoga bisa lebih profesional,” ujarnya.
Jaminan belum dibayarkan
Menanggapi semua pengaduan tersebut, Zuhairi Misrawi, anggota tim transisi, mengatakan ada beberapa kasus keterlambatan pembayaran.
Wasit misalnya. Zuhairi mengaku membayar honor tersebut kepada asosiasi mereka, AWAPI (Asosiasi Wasit Profesional Indonesia).
“Kami serahkan ke asosiasi,” ujarnya.
Kebijakan ini cukup membingungkan. Tim transisi tidak konsisten. Kepada pihak klub mereka meminta agar klub tersebut memiliki nomor rekening sendiri agar mudah mengontrol apakah mereka punya uang atau tidak biaya pertandingan dipindahkan ke klub. Mereka dilarang menggunakan nomor rekening administrator.
Namun bagi wasit, uang tersebut justru ditransfer ke rekening asosiasi, bukan ke wasit yang bertugas. Bisa berpotensi korupsi karena harus melalui serangkaian birokrasi asosiasi.
Untuk biaya pertandinganZuhairi meminta pihak klub bersabar selama dua pekan ke depan.
“Kami belum membayar semua uang sponsorship. Dia mengatakan itu akan mencair setelah itu peristiwa. “Kami menunggu pembayarannya,” ujarnya.
Menpora Imam Nahrawi melihat kinerja Tim Transisi, ia menegaskan melalui pesan singkat dari Turkmenistan bahwa akan ada evaluasi besar-besaran terhadap kinerja Tim Transisi dan penyelenggara pertandingan.
Akankah ada perubahan pada Tim Transisi kedepannya? Informasi yang beredar di lingkungan Kemenpora, ada kemungkinan pembongkaran anggota Tim Transisi.
“Mereka akan dievaluasi, akan terus kita pantau. “Kami akan segera melakukan evaluasi menyeluruh,” kata Imam.—Rappler.com
BACA JUGA: