• September 20, 2024

Siapa yang bisa menghentikan Barcelona?

“Messi, Suarez, Neymar, adalah jaminan gol Barcelona. “Tidak ada tim yang bisa mencetak gol seperti mereka,” kata Jamie Redknapp.

Pengundian Liga Champions dilaksanakan pada hari Jumat, 24 April 2015, di markas UEFA di Nyon, Swiss. Hasilakan mempertemukan semifinal Barcelona vs Bayern Munich (7 Mei dan 13 Mei) dan Juventus vs Real Madrid (6 Mei dan 14 Mei).

Sepak bola Eropa lebih banyak dipengaruhi oleh tradisi. Ini hampir merupakan pengetahuan umum. Panggung puncak Liga Champions selalu didominasi oleh juara-juara lama yang punya sejarah panjang di kompetisi paling bergengsi di Benua Biru tersebut.

Lihat saja Manchester City dan Paris Saint-Germain (PSG). Meski diakuisisi konglomerat Timur Tengah, keduanya tak pernah mencapai babak semifinal. Sejak dibeli Abu Dhabi United Group pada 2008, City belum pernah mampu melewati babak 16 besar.

Begitu pula PSG. Sejak dikuasai Otoritas Investasi Qatar (QIA) pada 2011, mereka hanya berhasil mencapai babak perempat final. Bahkan, mereka mendapat dana yang sangat besar untuk bisa mewujudkan target bergengsi tersebut. Pemain top seperti Zlatan Ibrahimovic, Edinson Cavani, dan Javier Pastore pun turut didatangkan. Musim ini mereka kembali kurang beruntung karena bertemu salah satu kandidat juara, Barcelona, ​​​​di babak perempat final. Alhasil, tim asuhan Laurent Blanc kalah 1-5.

Anomali terjadi secara alami. Tapi itu hanya kadang-kadang. Misalnya saja Chelsea yang pertama kali menjuarai Liga Champions pada musim 2011-2012. Ini juga merupakan penampilan kedua mereka di final. Selebihnya hampir selalu didominasi oleh klub-klub yang mempertahankan tradisi Si Kuping Besar, sebutan trofi Liga Champions.

Juventus adalah yang terlemah

Pada pengundian semifinal Liga Champions musim ini, 4 pesertanya merupakan klub dengan tradisi Eropa yang kuat. Real Madrid menjadi pengoleksi gelar terbanyak (10 gelar) disusul Bayern Munich (5), Barcelona (4), dan Juventus (2). Namun kekuasaan mereka tidak terdistribusi secara merata.

Harus diakui Juventus adalah tim terlemah. Saat pengundian digelar, bisa jadi ada tiga klub yang berharap bisa bertemu La Vecchia Signora agar beban melaju ke final lebih ringan.

Seperti ilustrasi seorang penggemar sepak bola Twitter selanjutnya.

Selain itu, pelatih Juventus asuhan Massimiliano Allegri juga tidak punya rekor bagus di Liga Champions. Saat berada di AC Milan pada periode 2010-2014, ia tak lepas dari kutukan 16 besar. Ya, dalam performa terbaiknya, Allegri hanya membawa klub berjuluk Rossoneri itu ke babak delapan besar.

Namun Juventini bisa berharap beruntung. Seperti pada semifinal Liga Champions 2012-2013. Saat itu, Borussia Dortmund merupakan tim terlemah di antara Real Madrid, Barcelona, ​​dan Bayern Munich. Namun, mereka justru lolos ke final setelah mengalahkan Real dengan agregat 4-3 sebelum akhirnya kalah 1-2 di final melawan Munich.

Lolos ke babak semifinal saja sudah menjadi rekor bagus bagi Juventus. Itu merupakan kesuksesan terbaik mereka di pentas Eropa sejak kembali ke Serie A 7 tahun lalu pasca skandal pengaturan pertandingan alias match-fixing Kalsiopoli.

“Setelah 12 tahun menunggu, kami akhirnya bisa kembali ke semifinal. “Ini peluang besar,” kata kiper Gianluigi Buffon Sepak Bola Italia.

Bagaimana dengan kontestan lainnya? Tradisi juga tidak berpihak pada Real. Sebagai juara bertahan, mereka terancam dikutuk oleh tradisi. Sejak era Liga Champions dimulai (sebelumnya Piala Champions), tidak ada klub yang pernah memenangkan gelar berturut-turut.

Seperti siklus kejuaraan yang dialami Barcelona dalam 10 musim terakhir.

Jadi hanya Munich dan Barcelona yang tidak terbebani untuk melawan tradisi. Bahkan, kehadiran Josep “Pep” Guardiola di kubu Munich semakin mempertegas peluang Die Rotten meraih gelar juaranya yang ke-6. Gelar yang sama diraih Guardiola saat menjadi pelatih Barca pada musim 2008-2009 dan 2010-2011. Apalagi Guardiola adalah pelatih yang menyempurnakan skema menjemput Barcelona saat masih membela Blaugrana pada periode 2008-2012.

Laga ini merupakan pertama kalinya Guardiola bermain melawan klub tersukses yang pernah ia latih. Ini sekaligus menjadi duel pertama dua mantan rekan setimnya, Guardiola melawan Luis Enrique.

Namun meski punya pengalaman lebih, Guardiola harus menghadapi Barcelona yang kini mulai menemukan stabilitas baru di bawah asuhan Enrique. Tim kini tak hanya mengandalkan penguasaan bola, tapi juga daya serang Luis Suarez. Selain itu, Suarez kembali tampil prima setelah mampu memulihkan performanya usai dihukum karena menggigit bahu Giorgio Chiellini di Piala Dunia.

Selama Liga Champions musim ini, Barca hanya kalah sekali di babak penyisihan grup melawan Paris Saint-Germain (2-3). Setelah itu, jalan mereka jelas hingga mencapai babak semifinal. Di sisi lain, Munich punya rasa malu karena dua kekalahan. Kalah sekali di babak penyisihan grup melawan Manchester City (2-3) dan di perempat final melawan Porto (1-3).

Lagipula, dahaga Barcelona akan gelar Liga Champions memang sedang panas. Sudah tiga musim sejak Big Ears dikeluarkan dari lemari. Mereka kini diperkuat sejumlah pemain baru yang tidak termasuk dalam Barca versi Guardiola (yang bisa dibilang sudah mencapai segalanya). Mulai dari Luis Suarez, Neymar, Ivan Rakitic, Jeremy Mathieu, hingga Mar-Andre ter Stegen.

Pertukaran taruhan menguntungkan Barca

Sejalan dengan itu, pasar taruhan pun berpihak pada Barcelona. Surat harian merilis pertukaran untuk 4 klub. Barcelona difavoritkan dengan angka taruhan 13/8 atau 1,62. Sedangkan Real Madrid dan Bayern Munich 2/1. Juventus adalah yang paling tidak difavoritkan pada 8/1. Arti dari angka ini adalah nilai taruhan akan berlipat ganda sesuai dengan angka taruhannya. Karena Barca lebih berpeluang menang (jika menang 1,62 kali), maka jumlah taruhannya paling kecil. Jadi, semakin tinggi angkanya, maka tim tersebut semakin tidak diunggulkan.

Sejumlah pengamat sepak bola asal Inggris pun mendukung Barca. “Alasan saya ada tiga: Messi, Suarez, Neymar. Untuk memenangkan permainan, Anda harus mencetak gol. “Ketiganya adalah gol yang terjamin,” kata Jamie Redknapp Olahraga Langit.

Jadi siapa pahlawanmu? — Rappler.com

Agung Putu Iskandar atau Aga Agung adalah mantan jurnalis Jawa Pos. Agung Putu Iskandar atau Aga Agung adalah mantan jurnalis Jawa Pos. Selain meliput Piala Dunia di Brazil pada tahun 2014 dan Euro 2012 di Polandia-Ukraina, ia juga meliput Tour de Langkawi pada tahun 2013. Aga kini memilih menjadi penulis lepas sambil mengamati dunia olahraga. Selain menulis tentang olahraga, ia juga peduli terhadap masalah sosial dan hukum. Ikuti Twitter di @agaagung.


Result SGP