Pertempuran zona Amerika Selatan dimulai
- keren989
- 0
Ada 3 pertandingan yang patut disaksikan
JAKARTA, Indonesia – Sementara Eropa sedang mempersiapkan Euro 2016 Prancis, tim-tim Amerika Latin akan menjalani pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2018 pertama mereka di zona CONMEBOL mulai Jumat, 8 Oktober. Perjalanan panjang menuju Rusia akan dimulai dari pertandingan pertama.
Seberapa pentingkah Amerika Latin dalam peta sepak bola dunia? Tim-tim Latin merupakan salah satu kekuatan utama di dunia sepakbola.
Faktanya, persaingan Piala Dunia sebenarnya dikuasai oleh duopoli regional: Eropa atau Amerika Latin.
Jangan lupa. Final Piala Dunia 2014 merupakan duel Eropa vs Amerika Latin: Jerman vs Argentina. Itu merupakan pertandingan ke-10 antara Eropa dan Amerika Latin di puncak Piala Dunia.
Pengumpulan gelar juga menjadi pertarungan kedua wilayah. Dari 20 turnamen Piala Dunia yang digelar, sembilan gelar dibawa ke Amerika Latin. Yakni Brasil (5 gelar), Argentina (2), dan Uruguay (2). Sedangkan sebelas sisanya didominasi oleh tim-tim Eropa seperti Jerman (4 gelar), Italia (4), Prancis (1), Inggris (1) dan Spanyol (1).
Posisi Amerika Latin semakin penting karena banyak talenta sepak bola yang lahir di kawasan ini. Meskipun banyak pemain sepak bola Eropa berasal dari sekolah sepak bola, pemain sepak bola di Amerika Latin berasal dari jalanan.
Sepak bola Amerika Latin juga lebih menarik karena cenderung lebih terbuka, longgar, dan menampilkan keseruan saat mengoper bola. Sebaliknya, Eropa cenderung dianggap lebih disiplin, kaku, dan tertib.
Maka dari itu, laga kualifikasi Piala Dunia Rusia 2018 zona CONMEBOL ini semakin menarik untuk diikuti, untuk mengingatkan kita bahwa sepak bola pada awalnya adalah sebuah kegembiraan.
Dari sembilan tim CONMEBOL, empat di antaranya akan lolos langsung ke Piala Dunia. Sedangkan tim yang berada di peringkat kelima harus memainkan pertandingan tersebut bermain keluar bersama tim dari zona lain seperti Asia, Oceania, dan CONCACAF.
Lantas pertandingan apa saja yang patut disaksikan di game pertama ini?
Berikut beberapa di antaranya:
Chili vs Brasil
Piala Dunia 2014 merupakan bencana bagi Brasil. Tak hanya berhasil menjadi juara di hadapan ratusan juta orang, mereka juga mendapat aib baru pasca tragedi Maracanazo.
Ya, mereka dikalahkan 7-1 oleh Jerman di semifinal. Tragedi yang diberi nama Mineirazo (karena digelar di Estadio Mineirao) membuat Brasil tak bisa mengembalikan kepercayaan diri di level dunia.
Sebaliknya, Chile justru melonjak. Terakhir, mereka baru saja menjuarai Copa America 2015. Banyak orang yang meragukan gelar ini. Apa karena turnamennya diadakan di negara sendiri?
Karenanya, pasukan La Roja—julukan Chile—harus membuktikan anggapan tersebut tidak benar. Situasi Chile sedang naik daun karena kapten sekaligus pemain kunci Brasil, Neymar, tidak bisa tampil karena larangan bertanding.
Argentina vs Ekuador
Argentina selalu menjadi peserta Piala Dunia “tradisional”. Hanya dalam empat edisi saja mereka absen. Melawan Ekuador, tim besutan Gerardo Martino diprediksi tak akan kesulitan meraih tiga poin. Apalagi mereka tampil di kandang sendiri di Estadio Antonio Vespuci, Buenos Aires.
Namun, Martino justru mendapat kendala karena kelebihan penyerang. Trio penyerang dalam format 4-3-3 diisi oleh Lionel Messi, Sergio Aguero, dan Angel Di Maria. Ketika, pahlawan lokal menunggu untuk tampil: Carlos Tevez.
Buenos Aires adalah markas Boca Juniors, klub yang saat ini dibela Tevez setelah meninggalkan Juventus. “Tevez adalah penyerang tengah tapi posisi itu untuk Sergio Aguero,” kata Martino. ESPN.
Martino sebenarnya mengakomodasi Tevez. Pada 9 September, dia melantik Tevez sebagai starter melawan Meksiko dalam pertandingan uji coba.
Bolivia vs Uruguay
Pada kualifikasi Piala Dunia 2014, Bolivia gagal lolos ke Brasil. Mereka menjadi pengasuh di Paraguay. Harapan untuk lolos kembali muncul di benak tim asuhan Julio Cesar Baldivieso. Pasalnya pada laga perdananya akan menghadapi Uruguay di La Paz, tempat yang akan sangat menyulitkan tim lawan.
La Paz berada di ketinggian 3.600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Ketinggiannya hampir sama dengan puncak Gunung Semeru. Lawan yang tidak terbiasa dengan oksigen yang menipis akan dengan mudah dikalahkan oleh La Verde – julukan Bolivia.— Rappler.com
BACA JUGA: