• October 18, 2024

5 pekerjaan rumah untuk Jurgen Klopp, manajer baru Liverpool

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Mampukah Klopp mengangkat performa Liverpool? Dia bisa memulai dengan hal-hal ini

Jakarta, Indonesia – Mantan pelatih Borussia Dortmund Jurgen Klopp resmi menjadi manajer baru Liverpool pada Jumat 9 Oktober.

Klopp ditunjuk menggantikan Brendan Rodgers yang dipecat manajemen akibat kurang menggembirakan posisi The Reds -julukan Liverpool- di Liga Inggris sejauh ini.

Klopp diharapkan mampu menjungkirbalikkan penampilan kurang gemilang Liverpool di era Rodgers.

Bisakah Klopp? Masih harus menunggu.

Yang jelas untuk melakukan itu, ia bisa memulainya dengan lima hal berikut yang terbukti mengganggu kualitas permainan Liverpool belakangan ini:

1. Garis pertahanan yang rapuh

Lini pertahanan yang keropos menjadi salah satu titik lemah Liverpool di era Rodgers. Sejak musim 2012/2013 saat Rodgers mengambil alih jabatan manajer Liverpool, mereka sudah kebobolan 151 gol di Liga Inggris.

Musim ini, Liverpool tercatat sebagai tim yang bertahan yang paling sering membuat kesalahan di Liga Inggris dengan delapan kesalahan. Tiga di antaranya berbuah gol untuk tim lawan.

2. Skema permainan yang tidak konsisten

Di era sepakbola modern, fleksibilitas permainan menjadi salah satu kunci sebuah tim meraih kesuksesan. Namun jika terlalu berlebihan dan akhirnya tidak memiliki skema permainan yang jelas, pasti bisa berdampak buruk bagi tim itu sendiri.

Begitulah gambaran Liverpool di era Rodgers yang kerap berganti formasi pemain dan skema permainan dari waktu ke waktu.

Lantas formasi apa yang bisa digunakan Klopp di awal kepemimpinannya? Dengan pulihnya Daniel Sturridge, Klopp mungkin akan memulai dengan formasi berlian 4-4-2. Formasi ini sering digunakan Liverpool saat hampir menjuarai Liga Inggris dua musim lalu.

3. Penempatan pemain yang kurang tepat

Sepertinya hal itu tidak perlu diperdebatkan. Baik itu di perusahaan, partai, atau tim sepak bola, tempatkan sumber daya manusia pada posisi yang tepat agar yang bersangkutan dapat memberikan kinerja yang maksimal.

Liverpool di era Rodgers sudah beberapa kali melanggar prinsip tersebut. Rodgers telah menempatkan sejumlah pemain di berbagai kesempatan – Emre Can, Joe Gomez dan Alberto Moreno – misalnya dalam posisi yang bukan posisi terbaiknya.

Sekali lagi, fleksibilitas adalah hal yang baik, namun perlu ada keseimbangan.

4. Tren produktivitas target negatif

Tak hanya soal pertahanan, menjebol gawang lawan juga menjadi masalah bagi Liverpool. Sejak musim 2013/2014 saat mereka menempati posisi kedua klasemen akhir Liga Inggris hingga musim lalu, jumlah gol yang dicetak Liverpool turun dari 101 menjadi 52.

Kepergian Luis Suarez ke Barcelona tentu saja menjadi salah satu faktor utama di balik tren negatif tersebut. Namun kebijakan transfer Rodgers yang mencari pengganti Suarez juga tak memperbaiki keadaan. Klopp perlu memperbaikinya.

5. Dilema posisi James Milner

Di skuad Liverpool saat ini bisa dibilang hanya punya dua sayap murni yakni James Milner dan Jordon Ibe yang permainannya kurang konsisten.

Meski di Liverpool Milner sering ditempatkan di lini tengah –sejalan dengan tujuan kepindahannya dari Manchester City– ia justru bermain lebih baik di posisi sayap. Satu indikasi, statistik menunjukkan bahwa Milner menjadi pemain Liverpool dengan umpan silang terbanyak musim ini. —Rappler.com

BACA JUGA:


Live Casino