• October 6, 2024

Penyelesaian permasalahan nasi melalui variasi kuliner dan komunikasi

Komoditas beras sedang naik daun. Semua orang membicarakannya karena harganya melonjak. Bahkan, di beberapa daerah, harganya mendekati dua kali lipat harga dasar beras di gudang Bulog.

Jika masuk ke website Bulog, Anda akan menampilkan harga patokan Gabah Kering Petani (GKP), Gabah Kering Giling (GKG), hingga harga beras di gudang yakni Rp 6.600 per kilogram. Bulog adalah lembaga logistik. Tak ada hubungan dengan artis luar negeri Sandra Bulog. (BACA: Harga Beras Naik, Salah Siapa?)

Bagaimana bisa terjadi peningkatan dalam waktu singkat dan membebani masyarakat? ada masalah penawaran dan permintaan? Data Dari data yang saya baca di dokumen RPJMN 2014-2019, ada beberapa informasi menarik. Pada tahun 2010-2012, panen padi di lebih dari 13 juta hektar sawah di Indonesia menghasilkan 34-38 juta ton beras, sedangkan konsumsi nasional sebesar 33-34 juta ton. Artinya ada kelebihan produksi sebesar 10 persen.

Hingga data GKG 2013-2014, jumlahnya mencapai 70 juta ton. Artinya produksi padi secara teoritis lebih tinggi dibandingkan tahun 2010-2012. Jadi cadangan beras harus mencukupi. Di luar negeri juga tidak terjadi kenaikan harga beras yang dapat mempengaruhi harga di dalam negeri. Jadi itulah alasannya penawaran dan permintaan tampaknya jauh dari kenyataan.

Lalu bagaimana pemerintah menangani harga beras?

Melawan kenaikan harga beras, langkah pemerintah – sama seperti rezim sebelumnya – melakukan operasi pasar dengan Bulog. Kemampuan Bulog dalam menyerap beras nasional sebesar 5-9%. Sisanya yang 91-95% dipegang oleh ‘Bulog Swasta’. Bulog swasta menguasai 90 persen pasokan dan jalur distribusi. Mafia? Siapa tahu.

Seperti dulu, pemerintah, DPR, dan pejabat menyatakan akan membasmi, menertibkan, dan mengatur mafia beras melalui tata niaga yang rapi. Dan seperti sebelumnya, seruan pemberantasan mafia komoditas hanyalah janji palsu. Ya, bahasa anak zaman sekarang adalah PHP (Memberi Harapan Palsu).

Oke, sudah selesai kita highlight langkah pemerintah dari paragraf ini. Saatnya memberi masukan. Singkatnya, pemerintah harus mengembangkan komunikasi dan program strategis untuk mengatasi ketergantungan negara terhadap komoditas beras dan mafia yang melingkupinya. Mungkin tidak berhasil dalam jangka pendek, tapi tidak ada salahnya untuk mencobanya.

Seharusnya pemerintah mempunyai program strategis di bidang kuliner yang mampu memanfaatkan hal tersebut gaya hidup. Ide ini terinspirasi oleh status Facebook Rahung Nasution akhir tahun lalu. Pria yang menyebut dirinya chef abal-abal (ada yang menyebut dirinya begitu. Aneh sekali), menulis tentang kuliner Indonesia yang seharusnya mampu ia beli. go internasional tanpa mengikuti @agnezmo.

“Selama pemerintah memandang bakat memasak sebagai keterampilan marginal, negara ini akan selamanya kesulitan memenuhi pangan dalam negeri.”

Menurut Rahung, selama ini pemerintah menganggap bakat memasak itu keahlian pinggiran kota, sekedar hobi mengisi waktu luang, maka keberkahan alam nusantara yang terdapat dalam kuliner nasional akan selamanya sulit untuk dikenali. Selama keterampilan memasak tidak pernah dianggap setara dengan fisika, matematika, ekonomi, bahkan filsafat, maka negeri ini akan selamanya kesulitan memenuhi pangan dalam negeri. Ini yang saya rangkum dari Rahung, tentunya saya tambahkan sedikit drama. Mosok I kalah dari Saipul Jamil.

Singkatnya, Presiden harus membuat program serius di bidang memasak yang melibatkan SMK, sekolah perhotelan, asosiasi restoran, PHRI, dan pemerintah daerah. Arahnya menjadikan pangan lokal non-beras sebagai variasi kuliner khas Indonesia sebagai pelajaran wajib di sekolah masak. Makanan tersebut harus dihias dengan menarik, diukur kalori dan kandungannya, kemudian dipopulerkan di hotel berbintang. Restoran dengan hidangan utama non-karbohidrat nasi mendapatkan fasilitas perizinan yang mudah, bahkan bebas bea jika diperlukan. Dengan demikian, kuliner lokal berbahan dasar umbi-umbian, jagung, singkong, sukun, dan sagu akan menjadi tren terutama di perkotaan.

Saya membayangkan nasi jagung Madura dengan ikan dan sambal disajikan oleh seseorang koki dan menjadi menu mewah di hotel berbintang. Menantang wisatawan mancanegara dan masyarakat kelas menengah atas dalam negeri untuk menikmati makanan lokal yang dimodernisasi. Keren, bukan? Koki selebriti (Ini triwulan baru) tentunya ia ingin ikut mengkomunikasikan program ini karena merasa bakatnya diapresiasi oleh negara. Tinggal lobi televisi yang membungkusnya dalam program yang menarik. Agar konten TV tidak didominasi oleh sinetron luar negeri seperti Neolib yang bagus, eh, Menarik Tapi Manusia Serigala.

Saya juga membayangkan restoran-restoran kelas menengah dan atas yang menyajikan papeda kuah kuning tersebar di kota-kota besar di Pulau Jawa. Sagu dikomunikasikan sebagai karbohidrat sehat dengan indeks glikemik rendah, baik untuk pencernaan dan sangat nikmat jika disantap dengan sayur dan seafood. Tiba-tiba aku merasa lapar.

Jajanan berbahan pangan lokal seperti singkong dan umbi-umbian juga bisa disajikan dengan cara yang modern. Daging buah singkong bisa dibuat lebih lembut dengan cara ditaburi kelapa parut dan sirup maple. Entah pasing rasanya hehehe. Saya juga pernah makan di restoran yang menyajikannya chip kendur tapi penggunaan material kentang goreng alias kentang goreng. Rasanya lebih manis dan unik. Ini juga bisa menjadi tren.

Presiden dan wakil presiden serta para menteri dapat mempromosikan pilihan pangan lokal yang dimodernisasi melalui akun media sosial masing-masing. Tentu saja asalkan rekening presiden dikelola oleh pihak istana, hehehe. Jika tampilan, cita rasa, dan keunikan makanan lokal sudah cukup, para selebritis tentu akan berseru @unilubis Dan @nukman akan menjadi bel gratis untuk program ini.

Foto makanan lokal yang unik akan menggerakkan #policewomantime di timeline @norokakung. Ini hanyalah akun yang membantu perubahan gaya hidup yang viral. Saya juga yakin akun menyukainya @hotradero akan membahas pangan non beras dari sudut pandang ekonomi, keseimbangan asupan gizi masyarakat Indonesia yang akan meningkat dibandingkan 10 tahun terakhir.

Poltak Hotradero akan dengan mudah menjelaskan keunggulan sagu, sukun, jagung dibandingkan nasi dan menjelaskannya dengan sangat menarik. Bahkan aku yakin @panca66 juga akan aktif mempopulerkan makanan non-beras sebagai sumber energi yang baik dan sebaiknya dikonsumsi sebelum memulai perlawanan (Damai, Mas Panca).

Jika program ini berjalan dan menjadi ranah publik, karena banyak masyarakat kelas menengah yang bersedia dan bebas terlibat dalam menyukseskannya, maka dampak terbesarnya adalah berkurangnya konsumsi beras nasional di perkotaan. Jika seluruh masyarakat mengurangi konsumsi beras sebesar 10-20%, maka akan terdapat sisa cadangan produksi beras nasional yang mencapai 3,5-7 juta ton per tahun. Tak hanya mandiri, Indonesia bahkan bisa mengekspor beras.

“Masyarakat khususnya kelas menengah ngehe sangat menghormati dan menikmati makanan lokal yang keragamannya luar biasa.”

Bisnis kuliner berbasis produk lokal akan semakin meningkat. Ditambah lagi dengan tumbuhnya ekonomi kreatif yang didukungnya. Masyarakat – terutama kalangan menengah ngehe – menghormati dan menikmati makanan lokal yang keragamannya luar biasa.

Program strategis ini tentu memerlukan biaya. Namun perkiraan saya sangat rendah dibandingkan dengan rencana negara membangun 49 waduk dengan biaya 5-7 triliun per unit, sumbangan traktor, subsidi pupuk, benih, irigasi tersier dan program mercusuar (maaf) lainnya.

Targetnya pun sama, RI bisa swasembada beras dalam waktu tiga tahun. Yang membedakan adalah program konversinya gaya hidup biayanya jauh lebih rendah dibandingkan konstruksi fisik yang rawan korupsi dan penundaan proyek.

Mungkin kalau Presiden belum tertarik dengan program sederhana dengan anggaran minim ini, kita bisa memulainya. Apa kabar Kak @unilubis, Mas @nukman? Kapan kita mulai? —Rappler.com

Kokok Herdhianto Dirgantoro adalah mantan jurnalis, mantan pegawai bank, kini menjalankan kantor konsultan di bidang komunikasiyang strategis. Namun, ia sangat tertarik mempelajari masalah ekonomi. Gaya tulisannya lucu, namun penuh analisis. Ikuti Twitter-nya @kokokdirgantoro


SDy Hari Ini