• October 9, 2024

Fotografer Belanda mengabadikan banjir di Jakarta dan naiknya permukaan air laut

Pemerintah sadar akan masalah kenaikan permukaan air laut, namun lambat dalam mengatasinya.

Dari Greenland hingga Bangladesh, glamornya Miami hingga keheningan Kiribati, perjalanan hidup membawa fotografer Kadir van Lohuizen ke banjir Jakarta.

Kadir mendarat di Jakarta pada Minggu malam, 8 Februari lalu. Pilot penerbangan yang ditumpanginya memperingatkan cuaca buruk sedang melanda jalur penerbangan, khususnya Jakarta. Dan benar saja, ia mendarat di Jakarta saat hujan deras, dan butuh waktu dua jam untuk sampai dari bandara tempatnya menginap.

Keesokan paginya saya memutuskan untuk pergi ke lokasi banjir, ke Pluit, kata Kadir saat berbicara tentang proyek fotografinya, Rising Sea Level di pusat kebudayaan Kedutaan Besar Belanda, Erasmus House, di Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu malam 11 Februari.

Bagi Kadir, kejadian tersebut bukanlah hal yang mengejutkan. “Jakarta, seperti Miami dan Hong Kong, sedang mengalami kenaikan permukaan air laut,” ujarnya.

Momen ini terasa sangat pas dengan proyek Rising Sea Levels yang baru saja selesai dikerjakannya. Ia mengunjungi tempat-tempat yang dianggap mengalami kenaikan permukaan air laut paling signifikan, yang mengakibatkan eksodus penduduk, tenggelamnya pulau-pulau, dan mengikis garis pantai.

“Dulu di Greenland ada sepeda motor khusus yang digunakan di salju, skuter salju. “Sudah tiga tahun terakhir ini,” kata Kadir. Salju di Greenland menipis, artinya mencair. Bahkan, warga di sana kini bisa bertani, menanam kentang, stroberi, dan bawang, hal yang sebelumnya tidak bisa dilakukan.

Kadir kemudian terbang ke Bangladesh. Di sana ia menemukan bahwa kenaikan permukaan air laut menenggelamkan kehidupan dan harapan penduduk pesisir Bangladesh.

“Dalam 40 tahun ke depan, diperkirakan 50 juta warga Bangladesh harus dievakuasi ke tempat yang lebih tinggi. Ini adalah pertanyaan umum kami: Ke mana?” panggilan salah satu pendiri Kantor berita Norwegia di Belanda.

Penduduk pesisir di Bangladesh hidup dengan mencari ikan, sebagai nelayan. Kini, karena lahan mereka semakin terkikis, mereka pindah ke kota besar dan harus mencari keterampilan lain. Misalnya saja bekerja di pabrik. Perubahan sosial seperti ini menjadi tantangan bagi mereka.

Kemiskinan dan kekacauan di Bangladesh tidak lebih baik dari bahaya yang terjadi di Miami, sebuah kota di pantai timur Amerika Serikat. “Pada tahun 2060, Miami diperkirakan akan terendam air, namun ironisnya, lebih dari dua lusin apartemen mewah saat ini sedang dibangun,” kata van Lohuizen. Menurutnya, pemerintah AS sudah mengetahui kondisi Miami sebenarnya, namun berusaha menutup mata.

Tidak dapat dipungkiri bahwa negara-negara maju juga mempunyai permasalahan erosi tanah dan kenaikan permukaan air laut yang sama berbahayanya dengan negara-negara dunia ketiga seperti Bangladesh, Papua New Guinea, Fiji, Panama dan Kiribati.

Berbicara tentang Kiribati, ini adalah negara seukuran India di Pasifik tengah. Perlahan negara berpenduduk 100 ribu jiwa ini mulai tenggelam. Pulau-pulau terbelah, gelombang tinggi menghancurkan pemukiman penduduk sehingga harus dipindahkan ke daratan. Negara ini sangat hancur sehingga mereka harus menyewakan lahan kosong yang aman kepada negara tetangga, Fiji.

Lalu apa yang akan terjadi dengan Jakarta di masa depan? Kadir menjawab, setiap forum pemerintah dan internasional sangat menyadari masalah ini. Namun, mereka cenderung lambat dalam menghadapinya. Negara-negara berkembang belum terlalu maju dalam mencari solusi terhadap masalah kenaikan permukaan air laut, dan bahkan pemanasan global yang lebih besar.

Karya fotografi Rising Sea Levels sendiri pernah ditampilkan pada akhir tahun lalu pada Konferensi Perubahan Iklim, COP 20 di Lima, Peru. Namun Kadir belum puas dengan prestasinya. Tidak ada solusi, katanya.

Melalui karyanya, ia ingin mengingatkan kita bahwa kenaikan permukaan air laut mengancam manusia di mana pun. Perlu ada upaya selain membuat karung pasir atau pembatas dari karang mati. Kadir yang lahir dan besar di Belanda yang wilayahnya berada di bawah permukaan laut, mengetahui betul ancaman tersebut.

“Kami (Belanda) menghabiskan banyak waktu, uang dan tenaga untuk menyelamatkan wilayah kami. Pemerintah Belanda bahkan menyiapkan sekelompok orang untuk memikirkan bagaimana dan ke mana harus pindah untuk kami. Kemungkinan besar akan mendekati perbatasan dengan Jerman, jelasnya.

Kunjungan ke Jakarta membuat Kadir menambah daftar wilayah yang terkena dampak kenaikan permukaan air laut. Ia belum berpesan kepada Gubernur DKI Jakarta, karena Kadir yakin pemerintah sudah lebih memahami situasi ini, dan bisa mencari solusi jangka panjang. —Rappler.com

Togel SDY