• November 22, 2024

Pramugari AirAsia ini merupakan calon sarjana hukum

PALEMBANG, Indonesia – Setelah hampir dua tahun menjadi pramugari AirAsia, Khairunisa Haidar Fauzi punya dua rencana besar di tahun 2015.

Pertama, ia harus melewati masa percobaan dan melanjutkan kontrak kerja sebagai pramugari di Malaysia Airlines. Kedua, ia ingin menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya (Unsri), Sumatera Selatan.

“Adek sudah dua tahun cuti dari universitas. Setelah menjadi pegawai tetap, jam terbangnya agak dikurangi, ia bertekad menyelesaikan studinya. “Harus bisa dua-duanya, mau tidak mau membagi waktu, dia tahu,” kata Farida, tante Khairunnisa, saat ditemui Rappler di Palembang, Senin, 29 Desember 2014.

Farida bercerita tentang keponakan kesayangannya yang akrab disapa Adek atau ‘Cek Anis’ di keluarga besarnya. Dipanggil Adek karena merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara Haidar Fauzi dan Rohana. Namun di kalangan rekan-rekannya, ia biasa dipanggil Nisa.

Menurut Farida, sepupunya yang sangat dekat dengannya itu bercita-cita menjadi pramugari sejak kecil. Setelah lulus SMA Negeri 6 Palembang, Khairunisa sebenarnya berencana melanjutkan studi menjadi pramugari di Yogyakarta. Namun sebagai putri satu-satunya, ibunda tercinta memintanya untuk melanjutkan sekolah di Palembang.

“Adikku menurut saja karena dia sangat dekat dengan Ibu. “Akhirnya beliau memutuskan kuliah di Unsri dan diterima di Fakultas Hukum pada tahun 2009,” ujarnya.

Berani menjadi pramugari

“Setelah diterima, Adek langsung pelatihan di Malaysia beberapa bulan di awal tahun 2013. Mungkin jalannya menjadi pramugari. “Padahal dia tetap ingin menyelesaikan studi hukumnya, karena tinggal skripsinya saja,” kata perempuan 40 tahun ini.Meski bergelut dengan ketentuan Undang-Undang Negara, namun cita-cita semasa kecilnya nampaknya tak kunjung hilang dari mimpinya. Khairunisa. Ketika AirAsia membuka lowongan pramugari pada akhir tahun 2012, Khairunisa yang saat itu baru saja menyelesaikan skripsinya, sedang mencoba peruntungan. Dia tiba-tiba lulus setelah mengikuti tes seleksi selama beberapa bulan.

Sejak dia di maskapai negara tetangga, alam Khairunisa tidak berubah. Bahkan ia semakin dermawan terhadap keluarga besar ibunya yang memiliki 9 orang saudara. Setiap kali pulang dari perjalanan bisnis, perempuan berusia 22 tahun ini selalu membawa oleh-oleh, tidak hanya untuk ayah, ibu atau kakak perempuannya, tapi juga untuk bibi, kakak kelas, dan sepupunya. Yang jelas, kata Farida, masih ada pekerjaan yang harus dilakukan Khairunisa sepenuhnya mengabdi pada keluarga.

“Setiap pulang, Adek pasti akan mengajak ibu dan keluarganya untuk makan bersamanya, maunya dimana pun, dia yang bayar. Saya bahkan diajak membeli perlengkapan rumah tangga di supermarket, namun saya tetap pulang membayar uang lebih Katanya: ‘Maaf Cik Ida (Bibi Ida), aku hanya bisa memberimu sebanyak itu.’ Padahal lumayan banyak,” ucapnya sambil tersenyum mengenang.

Kepulangan Khairunisa Kali berikutnya, setelah ia mudik ke Palembang pada akhir November lalu, direncanakan pada awal Januari 2015. Farida bercerita kepada ibunya bahwa ia berjanji akan pulang pada 6 Januari. Si bungsu yang tak pernah lupa menelpon ibunya setiap kali berangkat penerbangan berencana memberikannya pesta kejutan untuk saudara perempuannya. “Adik tertuanya berulang tahun tanggal 7 Januari, jadi dia sudah membeli tiket pulang pada tanggal 6. Dia benar-benar anak yang baik,” ujar adik bungsu ibu Khairunisa itu sambil menutupi kesedihannya dengan senyuman.

Rajinlah berkorban

Menjadi awak sebuah maskapai penerbangan internasional bukan sekedar kebanggaan Khairunisa, tapi juga mengejar mimpi. Selama proses seleksi pramugari AirAsia, Khairunisa bersumpah Jika berhasil, ia akan menyembelih seekor kambing sebagai wujud rasa syukurnya.

“Setelah beliau meninggal, tak berapa lama beliau langsung ‘membayar’ nazarnya. Gaji pertama langsung dibelikan seekor kambing dan diberikan ke masjid terdekat, kata Farida.

Menurutnya, Anis tidak pernah menghitung rejekinya. Wanita kelahiran Palembang, 11 Mei 1992 ini tak pernah takut gajinya habis karena sibuk berobat atau membeli sesuatu untuk keluarga besarnya. Saat Anis ditanya soal itu, Anis hanya menjawab dengan santai, ‘Tidak apa-apa, bulan depan dibayar lagi,’ ujarnya menirukan kalimat tersebut. Khairunisa.

Farida kembali teringat akan kemurahan hati keponakannya itu. Idul Adha 1435 H bulan Oktober lalu, Khairunisa kembali ke pengorbanan kambing. Namun ia mempersembahkan kurban atas nama ayahnya, Haidar Fauzi. Kemudian tahun depan ia berencana melakukan pengorbanan lagi, namun dalam skala yang lebih besar.

“Dia mau menyembelih sapi untuk seluruh anggota keluarganya, ada lima orang. Tapi dia mengajakku dan berkata: ‘Cik Ida juga akan berkorban bersama kita, oke’.”

Percaya pada teman

Jika belum menyelesaikan studi hukumnya di Unsri, sepertinya Anis masih menjadi beban pikirannya. Bersama temannya Wike Mustika, ia banyak bercerita tentang keinginannya untuk menyelesaikan skripsi dan memperoleh gelar sarjana hukum secepatnya. Meski tak bisa menyelesaikan kuliahnya di Unsri, Anis berniat kuliah di Surabaya, tempat tinggalnya saat ini.

“Dia bertanya bagaimana kalau pindah ke Surabaya nilainya dipindahkan karena sayangnya dia sudah punya skripsi dan nilainya cukup bagus. “Saya hanya bisa bertanya, benarkah ingin melanjutkan, karena pekerjaan saat ini juga bagus,” kata teman Anis semasa SMA hingga kuliah di Fakultas Hukum Unsri.

Sebab sepengetahuan Wike, Anis senang bekerja sebagai pramugari meski dinilai sibuk. Namun, dia tidak pernah mengeluh lelah. Setiap kali kembali ke Palembang, temannya selalu menyempatkan diri mengajaknya bertemu Wike dan teman-teman lainnya. “Dia berjanji akan pulang tanggal 6 Januari dan minta bertemu. “Periksa Anis, cepat pulang,” ucapnya penuh harap. —Rappler.com

Result SDY