• October 18, 2024

Bali berharap Presiden Jokowi menolak reklamasi Teluk Benoa

Di penghujung masa jabatannya, Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono meninggalkan luka di hati masyarakat Bali. Ia menandatangani Peraturan Presiden 51 Tahun 2014 tentang izin reklamasi Teluk Benoa, Bali.

Kini masyarakat Bali sangat berharap Presiden Joko “Jokowi” Widodo membatalkan keputusan presiden menyelamatkan Bali. Beberapa komunitas bergabung untuk melancarkan kampanye di Bali untuk menolak reklamasi Teluk Benoa. Seniman dan aktivis Bali menggelar aksi damai untuk mengkampanyekan #TolakReklamasi BenoaTeluk.

Akhir pekan lalu diadakan Bermain di laut di Pantai Padang Gagak, Sanur, Bali, sebagai rangkaian acara kesenian Bali #RefuseReclamationTelukBenoa.

“Itu persembahan kepada Baruna (Dewa Laut) untuk menangkal kehancuran. Kami menolak daur ulang. Seluruh masyarakat Bali menolak. “Namun pemerintah sudah memberikan izin melalui keputusan presiden,” jelas Anom Darsana, penanggung jawab acara tersebut Bermain di laut.

Anom mengatakan, rencana reklamasi Teluk Benoa sudah digarap sejak beberapa tahun lalu. Berdasarkan versi investor dan pemerintah, pihaknya bertujuan untuk menghidupkan kembali Teluk Benoa. Namun masyarakat setempat menganggap semua itu hanya ‘perbincangan manis’ dan justru akan menghancurkan Bali. Masyarakat dan masyarakat yang menolak reklamasi Bali menjelaskan alasan mengapa reklamasi justru akan menghancurkan Bali.

Kawasan Teluk Benoa seluas 700 hektar akan ditimbun atau direklamasi oleh PT. TWBI (PT. Tirta Wahana Bali International) dimiliki oleh pengusaha Tommy Winata. Ia disebut menggelontorkan dana hingga 32 triliun rupiah untuk proyek ini.

Semasa menjabat, Presiden SBY mengubah peruntukan Teluk Benoa dari kawasan konservasi menjadi kawasan budidaya yang bisa ‘diberdayakan’, termasuk daur ulang. Secara konstitusional, kata Anom, melanggar “Pelestarian” Sarbagita, yakni Keppres No. 45 Tahun 2011 yang menyatakan Teluk Benoa, Bali merupakan kawasan konservasi laut (Pasal 55 Ayat 5). Oleh karena itu, Teluk Benoa tidak dapat direklamasi.

Anom mengatakan, reklamasi Teluk Benoa dapat mengubah garis pantai dan jalur laut sehingga mengancam kelangsungan biota laut, burung endemik, dan pertumbuhan terumbu karang. Dengan perubahan ini, luas tangkapan nelayan tradisional dan komersial akan meningkat Olahraga Air sebagai sumber penghidupan masyarakat sekitar Teluk Benoa hilang.

Ketika fungsi konservasi hilang, bahaya banjir dan bencana alam pun mengintai. Rusaknya ekosistem mangrove, gerusan dan bencana ekologi akan meluas. Hal ini juga berarti kebangkrutan pariwisata bagi masyarakat lokal. ‘Mimpi buruk’ tersebut tidak perlu dialami oleh masyarakat Bali. Banyak pihak yang diyakini akan menikmati besarnya modal untuk proyek ini.

“Itu terbagi ke berbagai pihak karena Gubernur Bali sendiri yang mengizinkan daur ulang. Dengan ide tersebut akan memberikan lapangan kerja bagi masyarakat Bali. Tapi bukan itu caranya! Sediakan lapangan pekerjaan dengan cara yang realistis, jangan memenuhi lautan, membunuh biota laut. “Di darat banyak yang bisa kami lakukan,” jelas Anom.

Ketika tidak ada lagi rasa hormat terhadap alam, uang dipandang sebagai kekuatan. “Uang tidak bisa membeli segalanya. “Jika orang yang punya uang bisa berbuat seenaknya, mereka menindas kemanusiaan,” kata Wayan Gendo Suardana, ketua Forum Rakyat Bali Menentang Reklamasi (ForBali).

Pemerintah diharapkan memberikan batasan yang jelas. Misalnya saja peraturan tata ruang, termasuk soal daur ulang. Meski demikian, Gendo menilai pemerintah nampaknya hanya tunduk pada kemauan investor.

Kontribusi artis

Komunitas dan masyarakat Bali terus melancarkan protes damai Bali #TolakReklamasi Teluk Benoa. Mereka menggabungkan gerakan politik sipil, budaya dan advokasi. “Kita satukan seluruh elemen masyarakat, musisi, seni lukis, teater, melalui karya seni yang bisa diterima dan diapresiasi warga,” kata Gendo.

Misalnya saja sejumlah musisi di Bali yang membuat album kompilasi “Bali Bergerak”. Sejumlah band yang terlibat dalam kompilasi ini antara lain Eco Defender, The Dissland, Rollfast, Joni Agung & Double T, The Bullhead, The Hydrant, Superman Is Dead, Navicula, Nosstress, Made Mawut, Scares Of Bums, Ripper Clown dan Ugly Bastard. Mereka menyumbangkan lagu secara cuma-cuma dan tanpa mengharapkan royalti. Seluruh penjualan album akan digunakan untuk kampanye Bali #TolakReklikBenoaTeluk.

Setelahnya, sejumlah pertunjukan musik digelar dengan didukung musisi Bali yang tampil gratis di hadapan penggemar, simpatisan, dan wisatawan. Penampilan terakhir mereka di Pantai Padang Gagak, Sanur, Bali yang menjadi ‘korban’ proyek reklamasi sebelumnya. “Ada banyak cara untuk mengekspresikan penolakan terhadap daur ulang, dan album ini adalah salah satunya. Musisi yang ingin menyuarakan penolakannya tidak perlu bergabung dengan kami. Mereka dapat berbicara di setiap pertunjukan atau melalui media sosial. “Kami berharap kedepannya akan ada album kompilasi lagi,” kata Dodix, manajer band Superman Is Dead.

“Setahu saya pantai ini sangat luas, namun ketika Pulau Serangan direklamasi dampaknya sampai ke sini. Kita melihat pantai-pantai semakin terkikis atau hilang akibat reklamasi. “Tentu kami tidak ingin hal itu terjadi lagi,” kata Anom.

Wilayah Bali beberapa kali menjadi ‘pilot project’ bagi investor. Ada beberapa catatan proyek gagal di Bali. Misalnya mega proyek Festival Park di Padanggalak, Bali Turtle Island Development (BTID) di Serangan, dan Pecatu Graha di Pecatu.

Anom, Gendu, musisi dan umumnya masyarakat Bali menolak reklamasi Teluk Benoa. Mereka menaruh harapan besar pada Presiden Jokowi.

“Mudah-mudahan saya tidak tertipu bahwa Joko Widodo dan Menteri Kelautan bisa membela Bali. Pak Jokowi, Bali tidak perlu bangun hotel, villa atau sirkuit. Kami tidak membutuhkannya,” kata Anom.

Menurut Gendo, jika Teluk Benoa sedang sakit dan perlu dihidupkan kembali, maka ia berharap hal itu dilakukan dengan benar. Ia meminta agar fungsinya sebagai kawasan konservasi dikembalikan.

“Kembalikan fungsinya, lihat dengan kebijakan konservasi dan berikan anggaran yang tepat. “Wisata alam bisa kita kejar dengan prinsip konservasi, tapi jangan daur ulang, karena merusak,” pungkas Gendo.

Pada tanggal 28 November, ForBali akan menggelar aksi Bali #TolakReklamasi Teluk Benoa di Parkir Timur Alun-Alun Renon, Denpasar. Mereka akan menggelar parade budaya menolak reklamasi Teluk Benoa dan meminta Presiden menerbitkan Perpres No. 51 Tahun 2014 untuk membatalkan. Diperkirakan sekitar lima ribu orang akan berkumpul.

Tak hanya berorasi, mereka juga menyanyikan lagu bersama. Panitia memberikan aturan yang jelas agar kegiatan ini selalu berjalan damai dan tidak dipolitisasi. —Rappler.com


sbobetsbobet88judi bola