• November 21, 2024

Belajar dari Spanyol, Indonesia bisa memanfaatkan pariwisata untuk meningkatkan perekonomian

“Perekonomian Spanyol mulai pulih. Lihat saja kemacetan ini. “Masyarakat mulai membawa kendaraannya ke jalan,” kata Ketua Dewan Komisaris Kehormatan Volkswagen Carl Hahn, Jumat 23 Oktober di Madrid, Spanyol.

Bus yang saya tumpangi bersama Hahn dan sejumlah anggota dewan penasihat internasional IE Business School terjebak kemacetan di pusat kota Madrid. Kami baru saja kembali berkunjung Kampus Universitas IE di Segoviasebuah kota kecil di utara Madrid, ibu kota Spanyol.

Kata-kata Carl mengingatkanku pada dua hal. Pertama, Wakil Presiden Jusuf Kalla kerap menggunakan tolak ukur yang sama ketika mendapat keluhan kemacetan di kota-kota besar, khususnya Jakarta.

“Kemacetan itu pertanda perekonomian sedang baik-baik saja,” kata JK.

Kedua, saya ingat mengunjungi Spanyol ketika negara Matador mengalami krisis pada tahun 2012, hampir bangkrut. Bank membutuhkan suntikan lebih dari 60 miliar dolar AS. Media sedang memperdebatkan apakah Spanyol harus tetap berada di Uni Eropa atau keluar dari UE, sehingga Spanyol dapat dengan bebas mengatur dirinya sendiri, termasuk mengatur mata uangnya.

Tiga tahun kemudian, Spanyol keluar dari krisis dan bahkan mencatatkan pertumbuhan tertinggi di Eropa. Selain perbaikan sektor keuangan dan sejumlah insentif fiskal, ada sektor yang tidak pernah absen dalam menopang perekonomian Spanyol, yaitu sektor pariwisata.

Wisatawan asing dan domestik membuat perekonomian Spanyol terus bergerak. Sektor ini menyerap hingga 12 persen dari total tenaga kerja dan menyumbang 10,9 persen terhadap produk domestik bruto tahun 2014.

Forum Ekonomi Dunia (WEF), yang melakukan studi global terhadap sektor pariwisata, meluncurkan laporan pada Mei 2015 yang menyatakan bahwa Spanyol adalah negara paling kompetitif di dunia. Untuk pertama kalinya, negara ini menduduki peringkat teratas dari 141 negara yang dianalisis Laporan Daya Saing Perjalanan dan Pariwisata.

Laporan ini diterbitkan setiap dua tahun sekali oleh WEF yang mengadakan pertemuan tahunan para pemimpin ekonomi swasta dunia di Davos, Swiss.

Ada 90 faktor yang dinilai, antara lain destinasi wisata termasuk warisan budaya kuno, infrastruktur, kebersihan dan kesehatan, keamanan, dan penggunaan teknologi baru. Spanyol memiliki keunggulan berupa banyak situs warisan budaya.

Prancis yang biasanya berada di posisi teratas kali ini naik ke posisi kedua, disusul Jerman, Amerika Serikat, Inggris, Swiss, Australia, Italia, Jepang, dan Kanada. Laporan WEF juga menunjukkan bahwa Spanyol menerima 60,6 juta wisatawan asing pada tahun 2015, terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat dan Perancis.

Indonesia yang berupaya menjangkau 8,8 juta wisman pada tahun ini berada di peringkat ke-50. Salah satu keunggulan Indonesia adalah harga wisata yang kompetitif. Ini juga yang menjadi kekuatan SpanyolMalaysia, Mesir dan Tunisia.

Melihat pengalaman Spanyol, apa yang dilakukan pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo untuk mendorong pemulihan ekonomi memang ada benarnya. Jokowi memperkenalkan paket insentif untuk mendorong sektor pariwisata dengan membebaskan visa kunjungan untuk 45 negara.

Misalnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menawarkan kesempatan bagi orang asing yang rutin berkunjung ke Indonesia untuk membuka rekening di bank nasional.

“Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dan perlambatan ekonomi, memerlukan aliran masuk devisa. “Itu yang paling mudah dari sektor pariwisata,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli sesaat setelah masuk kabinet pada 12 Agustus 2015.

Selain bebas visa kunjungan, pemerintah juga telah mengeluarkan dua peraturan baru mengenai “kapal pesiar” Dan “pelayaran” dalam upaya mendorong peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Menteri Pariwisata Arief Yahya optimistis ketiga insentif tersebut akan mendongkrak kunjungan wisatawan ke Indonesia.

Kebijakan bebas visa kunjungan sementara tahap kedua ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) secara signifikan, setelah BVKS tahap pertama terbukti berhasil meningkatkan kunjungan wisman dari 30 negara selama periode Juni. 10. – 9 Agustus 2015 sebanyak 592.748 wisman atau meningkat 15 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2014 yang berjumlah 514.171 wisman,” kata Arief seperti dikutip media.

Keputusan Presiden No. 104 Tahun 2015 diterbitkan pada tanggal 23 September 2015 tentang fasilitas Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS) untuk 45 negara, dengan tambahan tersebut saat ini terdapat 90 negara yang memiliki akses bebas visa ke Indonesia.

Keputusan Presiden tentang kapal pesiar Dan pelayaran misalnya, bertujuan untuk membuat segalanya lebih mudah kapal pesiar orang asing yang masuk ke perairan Indonesia dalam pengurusan dokumen CIQP (Bea Cukai, Imigrasi, Karantina, Pelabuhan) di 18 pelabuhan.

Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan yacht ke Indonesia menjadi 6.000 yacht pada tahun 2019 dan menghasilkan devisa sebesar US$600 juta.

Pemerintah juga menambah pos pemeriksaan masuk Indonesia untuk memudahkan masuknya wisatawan asing langsung ke destinasinya, termasuk Riau. Bencana akibat ulah manusia berupa asap akibat kebakaran hutan tentunya akan mempengaruhi minat dan kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke provinsi yang terkena dampak pencemaran asap. Ini adalah sesuatu yang tidak pernah terjadi, dapat diharapkan, dan oleh karena itu solusinya perlahan-lahan ditemukan.

Lambatnya pembangunan infrastruktur destinasi wisata potensial juga menyebabkan daya saing Indonesia belum sebaik negara lain dalam menarik kunjungan wisatawan. Termasuk kemudahan dan kenyamanan transportasi umum, seperti kereta cepat dan bus.

Spanyol punya semuanya dan sejak awal menjadikannya andalan untuk menunjang sektor pariwisata yang terbukti ampuh membuat perekonomian tumbuh subur di saat krisis. —Rappler.com

BACA JUGA:

Uni Lubis adalah jurnalis senior dan Eisenhower Fellow. Dapat disambut di @UniLubis.


taruhan bola