• October 9, 2024

Berlari sambil menjelajahi tempat-tempat bersejarah

SURABAYA, Indonesia – Lari pagi? Ini biasa terjadi. Berlari di malam hari? Mulai bertepuk tangankecenderungan. Berlari di malam hari sambil belajar sejarah? Ini yang baru. yaacara lari malam sambil belajar sejarah ini di surabaya, Jalan Malam Bersejarah namanya.

Acara yang digelar di sekitar kawasan Tugu Pahlawan Surabaya ini digelar pada Rabu malam (4/2). Kegiatan ini diprakarsai oleh Roodebrug Soerabaiakomunitas pengamat sejarah, juga bekerja sama saya minta maaf (Meledak tebal), komunitas lari asal Surabaya.

Prima Kirtti, Kepala Departemen Perpustakaan, Dokumentasi dan Arsip Roodebrug Soerabaia, mengatakan Historical Night Walk merupakan acara pertama yang menggabungkan lari dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Total rute adalah 4 km. Nantinya akan diadakan secara rutin.

Ingin tahu apa itu pit stop? Mari kita lihat rutenya:

Poin pertama: Tugu Pahlawan

Banyak orang mengetahui gedung yang menjadi ikon kota Surabaya ini. Namun tahukah anda, sebelum dibangun Tugu Pahlawan, dulunya merupakan sebuah bangunan yang konon cukup angker.

Namanya Palais Van Justitie, atau gedung Mahkamah Agung pada masa pemerintahan Belanda.
Dari gedung ini, ribuan pejuang asal Surabaya dijatuhi hukuman dan dikirim ke berbagai penjara. Ada beberapa pejuang yang ditahan dan disiksa di gedung ini. Tradisi penyiksaan ini berlanjut ketika Jepang datang dan menguasai Indonesia pada tahun 1942. Bangunan ini kemudian berubah fungsi menjadi rumah Kempetai (polisi Jepang).

Sejarah: Pada tahun 1945, Jepang kalah perang melawan Sekutu. Saat itu terjadi kekosongan kekuasaan dimana-mana, termasuk di Surabaya. Keadaan ini dimanfaatkan oleh para pejuang Surabaya, mereka ingin melucuti senjata tentara Jepang yang ada di gedung Palais Van Justitie. Kontak senjata dengan Jepang pun tak terelakkan, hingga Kempetai Jepang akhirnya menyerah.

Bangunan ini kemudian hancur akibat pengeboman mesin perang sekutu pada 10 November 1945. Karena bangunan ini dianggap mewakili tradisi kepahlawanan Surabaya, maka dari sinilah Palais Van Justitie pernah berdiri maka dibangunlah Tugu Pahlawan. Tugu setinggi 41,15 meter ini berbentuk urat terbalik Diresmikan pada 10 November 1952 oleh Presiden Soekarno.

Pada tahun 2000, sebuah museum sedalam 7 meter dibangun di bawah tanah di Tugu Pahlawan. Di dalamnya terdapat foto-foto dokumentasi pembangunan Tugu Pahlawan, juga terdapat diorama statis yang menggambarkan aksi heroik arek-arek Surabaya pada pertempuran 10 November.

Apa yang kamu lakukan di sini:

Jika berkunjung ke Tugu Pahlawan, rasanya belum pas jika belum menyantap Nasi Bebek Tugu Pahlawan. Tempat makan yang sudah terkenal di kalangan pecinta kuliner Surabaya ini letaknya tepat di seberang jalan depan Tugu Pahlawan. Warung yang buka setiap pukul 18.00 ini hanya menyajikan satu menu yaitu bebek panggang. Tapi jangan khawatir, ada beberapa jenis bebek yang bisa Anda pilih, seperti paha super harga 18 ribu, paha reguler harga 15 ribu, ada juga bebek dada, protolan dan jeroan yang lebih murah. Jika ingin menyantap Bebek Tugu Pahlawan dengan nyaman, sebaiknya datang sebelum jam 19.00. Jika tidak, bersiaplah untuk mengantri saat Anda lapar.

Poin kedua: Rooibrug

Jembatan Merah, Surabaya, Jawa Timur.  Foto oleh Kartika Ikawati/Rappler

Jembatan legendaris ini menjadi saksi bisu pertempuran Arek-Arek Surabaya melawan pasukan Inggris yang dipimpin Brigjen Mallaby.

Sejarah: Hingga saat ini, kematian Mallaby memiliki beberapa versi dan masih menjadi misteri. Yang pasti tewasnya Mallaby di dekat Jembatan Merah menjadi salah satu pemicu terjadinya peristiwa 10 November 1945.

Jembatan ini awalnya terbuat dari kayu, baru pada tahun 1890an fisik jembatan diubah menjadi besi dan dicat merah. Nama Jembatan Merah bukan berarti warna cat jembatan tersebut adalah merah, namun karena jembatan tersebut pernah mengalami pertumpahan darah pada perang tahun 1945, makanya diberi nama Jembatan Merah.

Apa yang kamu lakukan di sini: Nah buat anda yang ingin membeli murah dengan harga grosir bisa juga mampir ke Jembatan Merah Plaza (JMP). Mall yang mempunyai nama sama dengan jembatan legendaris ini terkenal dengan produk fashion dan berbagai bahan baik lokal maupun impor. Selain JMP, Anda juga bisa mengunjungi Jalan Kembang Jepun yang jaraknya tidak jauh. Di kawasan Chinatown ini, Anda bisa menemukan gerbang naga berwarna merah yang berada di tengah Jalan Kembang Jepun. Menjelang hari jadi Surabaya di bulan Mei, jangan lewatkan festival rujak uleg yang biasa diadakan di sepanjang jalan ini.

Poin ketiga: Patung Yos Sudarso

Patung Yos Sudarso, Surabaya, Jawa Timur.  Foto oleh Kartika Ikawati/Rappler

Jika melewati Jalan Indrapura Surabaya coba perhatikan patung prajurit di ujung jalan, disinilah letak patung Yos Sudarso. Pahlawan nasional Salatiga ini terkenal gugur dalam pertempuran di Laut Aru.

Sejarah: Bagi yang lupa mengingat pertempuran Aru See, yuk kita flashback lagi. Pada tahun 1962, setelah Presiden Soekarno melancarkan gerakan Trikora, Yos Sudarso merasa terpanggil untuk ikut serta dalam operasi militer untuk membebaskan Irian Barat.

Bersama pasukan dan empat kapal, ia bergerak dari Tanjung Priok ke Kaimana Papua. Pada tanggal 15 Januari 1962, kapal mereka ditemukan oleh pesawat pengintai dan kapal patroli Belanda. Pertempuran laut pun tidak terhindarkan. Serangan terus menerus dari kapal Belanda akhirnya melumpuhkan KRI Matjan Tutul, kapal yang dikomandoi langsung oleh Yos Sudardo.

Sesaat sebelum tembakan keras menghantam kapal, Yos Sudarso meneriakkan pesan melalui radio: “Kobarkan semangat berperang!” KRI Matjan Tutul tenggelam membawa serta jenazah Yos Sudarso dan pahlawan lainnya.

Apa yang kamu lakukan di sini:

Usai mengagumi patung Yos Sudarso, Anda bisa singgah di pusat batu akik di desa Krembangan di Jalan Indrapura. Meski kecil, harga batu akik bisa mencapai ratusan ribu bahkan jutaan rupiah lho. Batu akik yang dijual di sana mayoritas berasal dari Pacitan, Cirebon, bahkan ada pula yang didatangkan dari Malaysia dan Brunei Darussalam. Penggemar batu akik berburu untuk berbagai keperluan. Ada yang dijadikan oleh-oleh, koleksi, ada juga batu akik yang dipercaya mempunyai kekuatan spiritual.

Poin keempat: Masjid Kemayoran

Masjid Kemayoran di Jalan Indrapura, Surabaya, Jawa Timur.  Foto oleh Kartika Ikawati/Rappler

Masih di Jalan Indrapura, lurus saja sampai ketemu masjid tua. Inilah pit stop ketiga, Masjid Kemayoran.

Sejarah: Masjid yang dibangun pada tahun 1848 ini merupakan salah satu masjid tertua di samping Masjid Ampel. Uniknya masjid ini merupakan satu-satunya masjid yang dibangun oleh pemerintah Belanda. Namun pemerintah Belanda tidak asal membangun masjid ini.

Pembangunan masjid Kemayoran merupakan salah satu upaya Belanda untuk meredam perlawanan umat Islam Surabaya saat itu. Saat itu, masjid di Surapringgo (sekarang kompleks Tugu Pahlawan) dibongkar oleh pemerintah Belanda. Kantor kehakiman kemudian dibangun di atas tanah bekas masjid.

Pembongkaran masjid dianggap penghinaan oleh umat Islam. Masyarakat Surabaya pun tak tinggal diam dengan para kiai dan ulama melakukan perlawanan. Pertandingan ini membuat pemerintah Belanda kewalahan.

Akhirnya untuk menarik simpati, pemerintah Belanda menawarkan pembangunan masjid pengganti. Letaknya jauh dari masjid aslinya, yakni di atas tanah yang cukup luas, bekas rumah seorang mayor pemerintah Belanda. Masyarakat setempat menyebutnya Kemayoran.

Masjid ini dirancang oleh arsitek Belanda, JWB Wardenaar. Desain masjid kuno bergaya Jawa ini memiliki bangunan utama sebagai tempat ibadah serta dua buah menara di sisi kiri dan kanan. Ketinggian menara ini sekitar 70 kaki. Pada tahun 1850-an, menara sebelah kiri runtuh karena tersambar petir, sehingga Masjid Kemayoran saat ini hanya mempunyai satu menara.

Apa yang kamu lakukan di sini:

Lapar setelah datang ke masjid? Singgah saja di Pusat PKL Indrapura. Di sana Anda bisa memilih beragam makanan khas Surabaya. Mulai dari rujak cingur, lontong kupang, lontong balap, hingga nasi goreng wader. Bagi Anda pecinta bebek, jangan lupa mencoba Nasi Sobek (Soto Bebek). Dan bagi anda yang berjiwa sosial jangan lewatkan Mie Ayam Ta’miriyah, menu ini menjadi favorit di kalangan pengunjung muda. Jangan khawatir jika ingin berkunjung dalam waktu lama, karena sudah disediakan Wifi dan TV kabel di sana. Harga makanannya pun cukup ramah di kantong.

Poin kelima: Gereja Katolik Kepanjen

Gereja Katolik Kepanjen, Surabaya, Jawa Timur.  Foto oleh Kartika Ikawati.

Bagaimana caramu berlari, apakah kamu lelah? Mari singgah sejenak di Jalan Kepanjen. Di jalan ini terdapat gereja tertua di Surabaya. Gereja di sebelah SMAK Frateran disebut Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria atau lebih dikenal dengan Gereja Katolik Kepanjen.

Sejarah: Sejak tahun 1810, dua pendeta asal Belanda, Hendricus Waanders dan Phillipus Wedding, datang ke Surabaya. Pastor Wedding kemudian berangkat ke Batavia, sedangkan Waanders menetap di Surabaya.

Saat itu, Romo Waanders sering mengadakan misa umat Katolik di Surabaya. Semakin hari jumlah umat Katolik semakin bertambah. Umat ​​Katolik Surabaya juga berencana membangun gereja Katolik. Gereja ini selesai dibangun dan ditahbiskan pada tanggal 22 Maret 1822.

Pada masa pertempuran, gereja bergaya Eropa neo-Gotik ini menjadi saksi bisu aksi heroik arek-arek Surabaya. Gereja ini telah mengalami beberapa kali renovasi, namun arsitektur aslinya tidak berubah. Hanya sebagian kaca jendela saja yang diubah menjadi lebih modern. Di bagian lain gereja terdapat patung Yesus, dan Gua Maria di belakang gereja

Apa yang kamu lakukan di sini:

Bagi Anda yang suka foto-foto, jangan lewatkan pose di depan gereja ini. Banyak pasangan yang menjadikan Gereja Katolik Kepanjen sebagai lokasi berfoto sebelum pernikahan Kamu tahu. Bangunan gereja kuno mirip kastil ini tak kalah keren dengan gereja-gereja di Eropa. Jadi, daripada jauh-jauh ke Eropa, lebih baik selfie tepat di depan gereja.

Terakhir, para pelari akan kembali ke Tugu Pahlawan! Tertarik untuk bergabung?

Komunitas Historical Night Run di Surabaya, tidak hanya berlari tapi juga belajar sejarah.  Foto oleh Kartika Ikawati/Rappler

– Rappler.com

Pengeluaran SGP