• October 13, 2024
Charlie Hebdo menguji kesabaran umat Islam

Charlie Hebdo menguji kesabaran umat Islam

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’thi mengatakan umat Islam di Indonesia tidak boleh terprovokasi dengan provokasi yang kembali dilakukan Charlie Hebdo.

JAKARTA, Indonesia – Tabloid Charlie Hebdo yang pekan lalu diserang kelompok ekstremis karena menerbitkan kartun Nabi Muhammad SAW, kembali memproduksi terbitan terbarunya yang terbit pada 14 Januari 2015.

Sampul tabloid edisi terbaru itu bergambar Nabi Muhammad sedang memegang secarik kertas bertuliskan tulisan “Aku Charlie,” atau berarti “Saya Charlie”, sebuah slogan yang digunakan para pendukung Charlie Hebdo setelah pemimpin redaksi tabloid tersebut dan sejumlah stafnya ditembak mati di Paris, Prancis, pada 7 Januari.

Isu ini memecah belah dua kubu antara pendukung kebebasan berekspresi dan umat Islam yang merasa terprovokasi. Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’thi mengatakan umat Islam di Indonesia tidak boleh terprovokasi dengan provokasi yang kembali dilakukan Charlie Hebdo.

“Sebaiknya umat Islam melihat persoalan ini sebagai ujian kesabaran,” kata Abdul Mu’thi seperti dikutip RepublikSelasa (13/1).

Dia menambahkan bahwa umat Islam tidak boleh menunjukkan ketidaksukaan mereka terhadap Charlie Hebdo karena tabloid tersebut tidak hanya menghina Islam tetapi juga mengejek agama lain.

Abdul Mu’thi melanjutkan, Charlie Hebdo yang akan mencetak tiga juta eksemplar edisi terbarunya ini, tidak boleh bereaksi dengan tindakan radikal. Sirkulasi Charlie Hebdo umumnya berkisar sekitar 60.000.

“Penerbitan yang lebih banyak dari peredaran biasanya dapat diartikan sebagai upaya memancing emosi umat Islam,” ujarnya.

Ia menyayangkan sikap redaksi Charlie Hebdo yang bertindak lebih berani pasca tragedi berdarah tersebut. “Bahkan jika pemerintah Perancis tidak bisa melarangnya, mereka juga tidak boleh tinggal diam. “Harus ada komunikasi dengan negara lain, khususnya negara Islam, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” lanjutnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengecam peristiwa berdarah tersebut, namun ia mengingatkan semua pihak bahwa kebebasan berekspresi harus dilakukan dengan saling menghormati.

“Pada saat kejadian, kami atas nama pemerintah langsung mengutuk keras kekerasan semacam ini, mengutuk keras dengan dalih apapun,” kata Jokowi, Senin (12/1). Kompas.com.

Ia meyakini dengan kebebasan ada tanggung jawab yang harus dipenuhi, salah satunya adalah saling menghormati.

“Mari kita saling menghormati dan menjaga satu sama lain,” ajaknya. —Rappler.com

keluaran hk