• October 6, 2024

Gertakan merokok yang dilakukan Jokowi di Riau berhasil mencegah kebakaran hutan untuk sementara waktu

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Setelah 3 bulan kunjungan blusukan Jokowi, bagaimana kondisi kebakaran hutan di Riau?

JAKARTA, Indonesia – Permasalahan kebakaran hutan selalu menjadi perhatian masyarakat, khususnya masyarakat di Riau yang harus hidup di tengah kabut asap kebakaran hutan.

Hal inilah yang mendorong Presiden Joko “Jokowi” Widodo melakukan kunjungan ke Riau, termasuk salah satu wilayah yang paling terdampak kebakaran hutan, yakni Desa Sungai Tohor di Kabupaten Pulau Meranti, pada 27 November 2014.

Desa ini terletak di pulau yang dikelilingi kawasan konsesi perusahaan besar dan ramai dikunjungi kebakaran sehingga dijuluki desa merokok.

Penduduk kota ini dikelilingi oleh asap setiap tahun selama hampir dua dekade terakhir.

Hal ini disebabkan banyaknya perusahaan yang membangun kanal untuk mengeringkan gambut sehingga berdampak pada perkebunan sagu warga. Sagu di desa tersebut merupakan sumber makanan pokok, dan saluran tersebut menurunkan permukaan tanah sehingga gambut dan sagu warga mengering.

Hanya berselang beberapa hari setelah dilantik menjadi presiden, seorang warga Riau bernama Abdul Manan Jokowi meminta blusukan ke Riaupermintaan yang dikabulkan Jokowi sebulan kemudian.

Dalam kunjungannya, Jokowi menginstruksikan masyarakat setempat untuk membangun pembatas saluran gambut (pemblokiran saluran). Bermodal bantuan tunai Rp300 juta langsung dari presiden, masyarakat Sungai Tohor berhasil membangun 10 sekat kanal gambut.

Setelah hampir 3 bulan sejak pembangunan sekat kanal, bagaimana kondisi kebakaran hutan di Desa Sungai Tohor?

Penutupan kanal tampaknya berperan dalam mengatasi kekeringan dan mengurangi kebakaran hutan, menurut Greenpeace Indonesia.

“3 bulan terakhir memblokir “Kanal ini memang memberikan manfaat yang signifikan bagi ekosistem dan restorasi lahan gambut,” kata Teguh Surya, juru kampanye kebijakan hutan Greenpeace Indonesia, Selasa 24 Februari 2015.

Abdul Manan, wHal serupa juga diungkapkan oleh penduduk asli Desa Sungai Tohor.

“Musim ini, sumbatan saluran kini basah dan pohon sagu mulai menghijau. “Sejak kami memblokir kanal ini, tidak ada lagi kebakaran yang terjadi,” katanya.

Untuk wilayah lain di Riau, masih terdapat beberapa titik kebakaran mengingat saat ini kita sedang memasuki musim kemarau, kata Teguh.

“Setelah akhir Januari, muncul titik-titik panas meski eskalasinya tidak setinggi tahun lalu,” imbuhnya.
Selain menyiram rumput dan mencegah kebakaran, sekat kanal ini juga berfungsi sebagai sumber air baru bagi masyarakat.

Abdul menambahkan, “Banyak juga manfaatnya bagi masyarakat karena bisa mengambil air untuk mandi dan minum. Ada juga orang yang memancing.”

Alhasil, masyarakat tidak perlu lagi membeli air untuk kebutuhan sehari-hari seperti tahun lalu di mana warga harus mengeluarkan uang Rp30.000 per liter air.
Mengingat besarnya manfaat sekat kanal ini, Greenpeace Indonesia menyerukan agar sekat kanal ini diterapkan sebagai kebijakan permanen.

Jadi jika kebijakan penyekatan saluran ini dipermanenkan dan diamanahkan presiden menjadi kebijakan nasional, kami yakin kebakaran bisa dicegah sejak dini, kata Teguh. —Rappler.com

Keluaran SDY