• October 8, 2024

Hubungan cinta dan benci antara Indonesia dan Australia

DENPASAR, Indonesia- Ajakan memboikot pariwisata Indonesia, termasuk Bali, menjadi perbincangan hangat di Facebook selama beberapa hari. Undangan tersebut diposting di halaman Facebook The Australian Sex Party pada 12 Februari 2015.

Kami menghimbau seluruh warga negara Australia yang mungkin merencanakan liburan atau berkunjung ke Bali atau ke mana pun di Indonesia untuk memilih destinasi tropis lainnya,” kata Fiona Patten, pemimpin Partai Seks Australia. di halaman itu.

Undangan tersebut disertai ilustrasi lima orang yang mengenakan penutup mata. Terdapat tulisan besar di bagian depan ilustrasi BOIKOT BALI.

//

Setelah ditulis, undangan tersebut mendapat banyak tanggapan dari pengguna Facebook hanya dalam waktu 2 hari. Hingga pukul 14.30 WITA Minggu 15 Februari 2015, status tersebut telah disukai 1.944 pengguna, dibagikan 612 kali, dan mendapat hampir 1.800 komentar.

Komentarnya terus bertambah. Begitu juga mereka yang menyukai dan membagikan status ini.

Meski saya melihatnya beberapa kali, mayoritas pengguna Facebook menolak ajakan tersebut. Misalnya, seorang pengguna bernama Michael Obrien menyatakan tidak akan membatalkan rencana perjalanannya ke Bali.

Steve Glasson, warga Australia lainnya, bahkan mempertanyakan motif undangan Australian Sex Party tersebut. “Apakah kamu serius atau hanya mencari suara? Mereka memang penjahat. “Mereka diadili oleh sistem hukum Indonesia,” tulis Glasson di kolom komentar status.

Merujuk situsnya, Australian Sex Party mengeluarkan undangan tersebut terkait rencana eksekusi 2 warga Australia Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.

Kedua warga negara Australia tersebut divonis hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Denpasar pada tahun 2006. Mereka terbukti membawa heroin seberat 8,3 kg dari Bali ke Australia pada tahun 2005.

Saat ini mereka akan segera dieksekusi. Menurut kabar yang beredar, Andrew dan Myuran langsung dipindahkan ke Nusa Kambangan, pulau tempat mereka dieksekusi.

Sepekan terakhir, jurnalis di Bali, khususnya yang bekerja di media Australia, berjaga di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kerobokan tempat keduanya mendekam saat ini.

Itu sebabnya Partai Seks Australia meminta warganya untuk tidak bepergian ke Indonesia dan Bali sebagai bentuk protes.

Warga Australia terpecah

Seruan boikot terhadap Indonesia, termasuk Bali, tak hanya datang dari Partai Seks Australia. Ancaman serupa datang dari pemerintah Australia.

Kemarin, media menulis tentang peringatan Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, tentang kemungkinan boikot. (BACA: Akankah Warga Australia Memboikot Indonesia Terkait Eksekusi Bali Sembilan?)

Ia mengatakan, situasi saat ini telah menimbulkan ketegangan antara Australia dan Indonesia sebagai tetangga.

Bishop memperingatkan warga Australia bisa memboikot pariwisata ke Indonesia jika eksekusi tersebut tetap dilakukan.

Kemarin, Perdana Menteri Australia Tony Abbot juga mengatakan hal serupa dengan Menteri Luar Negerinya. Ia meminta agar hukuman mati terhadap Andrew dan Myuran dibatalkan. (BA: Kepala Biara memperingatkan Indonesia tentang tindakan keras terhadap eksekusi)

“Apa yang kami minta serupa dengan apa yang diminta Indonesia jika warga negaranya dijatuhi hukuman mati,” kata Abbot.

Selain elite politik, warga Australia juga melakukan mobilisasi permohonan agar pemerintah Indonesia membatalkan eksekusi tersebut. Petisi yang diluncurkan oleh Mercy Campaign telah ditandatangani oleh lebih dari 76.000 orang.

Jelas. Memang, rencana eksekusi dua warga Kanguru menuai penolakan dari warga Australia. Termasuk boikot pariwisata ke Indonesia, termasuk Bali.

Agung Wardana, warga Bali yang sedang belajar di Australia, menyatakan penolakan ini memang kuat di Australia. Kandidat doktor hukum salah satu kampus di Perth ini mengatakan, sebagian besar warga yang ditemuinya menolak rencana penerapan tersebut. Australia telah menghapus hukuman mati sejak lahirnya Undang-Undang Penghapusan Hukuman Mati tahun 1973.

“Sebagai negara yang telah menghapuskan hukuman mati, pemerintah Australia hanya menjalankan tugasnya untuk menentang hukuman mati,” kata Agung saat ditanya melalui Twitter.

Namun, menurut Agung, seruan boikot terhadap Bali tidak akan efektif di Australia. Dia mengatakan sikap warga Australia terhadap boikot itu berbeda-beda tergantung pada latar belakang sosial mereka.

Mereka yang mempunyai banyak uang mungkin mendukung boikot karena mereka punya pilihan lain.

“Tetapi mereka yang tidak punya pilihan lain pasti akan menolak. “Bali masih menjadi destinasi wisata termurah dan terdekat,” kata Agung.

Ramah

Pernyataan Agung mungkin ada benarnya. Memang, beberapa data menunjukkan bahwa Bali dan Australia memiliki hubungan yang erat, terutama di banyak bidang. Salah satunya tentu saja pariwisata yang menjadi alasan utama warga Australia berkunjung ke Bali.

Mari kita lihat data dari pihak Australia terlebih dahulu. Menurut data Australian Tourism Research Institute, Indonesia masih menjadi destinasi favorit warga Australia.

Upacara di Bali banyak menggunakan bahan-bahan yang berasal dari lahan pertanian.  Namun lahan pertanian di Bali semakin mengecil, karena dialihfungsikan menjadi hotel dan kafe.  Foto oleh Anton Muhajir/Rappler

Data bulan September 2013 kemudian menunjukkan bahwa sebanyak 801 warga Australia datang ke Indonesia untuk tujuan wisata (669 orang) dan untuk urusan bisnis atau bertemu teman dan keluarga (132).

Dari total 801 orang, angka tersebut masih kalah dibandingkan Selandia Baru, tetangga terdekatnya, yang sekaligus berjumlah 1.022 orang. Namun, yang benar-benar bepergian hanya 479 orang dan 523 orang untuk keperluan keluarga.

Tepat di atas Indonesia adalah Amerika Serikat, termasuk Hawaii, dengan jumlah 847 orang. Namun, hanya 556 orang yang melakukan perjalanan untuk berwisata, sedangkan 291 orang berkunjung untuk keluarga atau teman.

Artinya, Indonesia tetap menjadi tujuan wisata nomor satu bagi warga Australia.

Data Lembaga Penelitian Pariwisata Australia cocok dengan data Dinas Pariwisata Pemerintah Provinsi Bali. Hingga Desember 2014, wisatawan asal Australia masih menjadi yang terbesar dengan jumlah wisatawan sebanyak 991.923 orang dari total 3,7 juta wisatawan mancanegara yang ada di Bali.

Dengan persentase sekitar 26 persen, wisatawan Australia merupakan yang tertinggi di Bali. Diantaranya adalah Tiongkok sebanyak 586.300 wisatawan atau 15 persen dan Jepang sebanyak 217.402 wisatawan atau 5,8 persen.

Bertindak

TURIS.  Maraknya pariwisata di Bali juga membuat masyarakat Bali menjadi individualistis.  Pariwisata di Bali dinilai menjadi faktor penekan maraknya kasus bunuh diri di Bali.

Sebagai negara dengan jumlah wisatawan terbanyak, traveler asal Australia juga dikenal paling nakal. Ada stereotip terhadap wisatawan Australia di Bali.

Musim paling populer adalah saat liburan sekolah Australia, sekitar bulan November. Bulan ini, abge-abege yang dikenal dengan sebutan Schoolies akan menyerbu Kuta, Bali untuk pesta perpisahan ala pelajar Indonesia.

Bedanya, selama di Bali mereka terkesan bebas melanggar hukum. Misalnya, berjalan-jalan tanpa busana, membawa bir di jalan meski usia Anda di bawah 21 tahun, atau bahkan menggunakan narkoba.

Bagi pelaku pariwisata di Kuta, wisatawan asal Australia terkenal dengan tingkah lakunya yang nakal. Kejadian terakhir terjadi pada Desember 2014. Dua turis asal Australia, Timothy O’Hehir dan Scott O’Hehir, dipukuli warga Kuta karena sengaja buang air kecil di pura. Kasus tersebut berakhir damai setelah dibawa ke polisi.

Didi Suprapta, pengusaha travel di Bali mengaku sudah tiba membantah dengan turis dari Australia. “Kami menabraknya di sudut. Dia mengambil busur dan hampir menabrak mobil saya. Dia mengangkat jari tengahnya dan mengutuk. Aku berhenti keluar dari mobil. Perdebatan. “Saya ingin memotretnya, tapi buram,” kata Didi.

Menurut Didi, turis Australia di Bali terkenal arogan. “Merekalah yang biasanya mengemudi dalam keadaan mabuk,” ujarnya. “Saya ingin mengusir mereka dari Bali sebelum mereka memboikot warganya untuk pergi ke Bali,” tambah Didi.

Namun jika itu terjadi, Bali jelas kalah. Satu juta wisatawan asal Australia setiap tahunnya jelas berdampak besar bagi Bali. –Rappler.com

Data SDY