Indeks demokrasi Indonesia pada tahun 2014 mengalami peningkatan terutama pada sektor politik
- keren989
- 0
Indeks demokrasi Indonesia pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 0,45 dari tahun 2013 menjadi 5,42. Skor ini merupakan skor tertinggi, namun peningkatannya tidak signifikan.
JAKARTA, Indonesia — Demokrasi Indonesia pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, hal ini ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI).
Penelitian bertajuk “Asian Democracy Index: The Case of Indonesia in 2014” menunjukkan bahwa indeks demokrasi Indonesia pada tahun 2014 meningkat sebesar 0,45 dari tahun 2013 menjadi 5,42.
Nilai tersebut merupakan nilai tertinggi selama empat tahun UI melaksanakan penelitian ini.
Namun peningkatan yang terjadi tidak terlalu signifikan, karena secara keseluruhan indeks demokrasi Indonesia cenderung stagnan sejak tahun 2011, yaitu berkisar pada skor 5.
Skor ini terbagi menjadi dua variabel yaitu liberalisasi dan pemerataan.
Liberalisasi adalah sejauh mana berbagai sektor memperoleh kemandirian dan otonomi dari kekuatan politik otoriter lama dan kemudian dapat menentukan kepentingan mereka sendiri. Hal ini sangat bergantung pada sejauh mana monopoli kekuasaan yang lama runtuh.
Sedangkan pemerataan adalah sejauh mana kelompok minoritas atau subaltern secara substansial dapat mengakses sumber daya di berbagai sektor dan menikmati kesetaraan dalam akses terhadap sumber daya dan kekuasaan.
“Dari kedua variabel formatif, liberalisasi lebih tinggi (5,79) dibandingkan pemerataan (4,82),” kata dosen UI Panji Anugrah, Jumat (12/12) saat peluncuran penelitian di gedung pascasarjana UI.
“Skor liberalisasi berada pada kisaran moderat, yang menunjukkan bahwa struktur dan kekuatan otoriter masih bertahan dalam sistem demokrasi Indonesia di tiga ranah; Politik, ekonomi dan masyarakat sipil. Hal ini diperparah dengan masih rendahnya skor pemerataan yang menunjukkan terbatasnya akses warga terhadap sumber daya politik, ekonomi, dan sosial, lanjut Panji.
Jika indeks demokrasi ini dianalisa lebih dalam pada tiga bagian, yaitu indeks politik, indeks ekonomi, dan indeks masyarakat sipil, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga bidang tersebut.
Indeks yang kinerjanya paling menggembirakan adalah indeks politik dengan skor 6,72 yang merupakan skor tertinggi dibandingkan dua bidang lainnya dan juga skor tertinggi diantara skor tahun-tahun sebelumnya.
Skor tersebut menunjukkan bahwa ranah politik cenderung mengalami demonopolisasi yang ditandai dengan persaingan antar partai yang semakin ketat, persaingan antar elite oligarki yang juga semakin ketat sehingga monopoli kekuasaan politik tertantang dan juga partisipasi politik warga negara semakin meningkat. di momen pemilu,” kata Panji.
Selain itu, indeks masyarakat sipil juga meningkat sebesar 0,12 hingga 5,15 dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun indeks perekonomian tahun 2014 justru mengalami penurunan sebesar 0,08 dari tahun 2013 menjadi 4,41 yang juga merupakan skor terendah dibandingkan dua sektor lainnya.
“Skor ini menunjukkan masih adanya struktur perekonomian yang monopolistik dan rendahnya pluralisasi di bidang ekonomi yang ditandai dengan monopoli aset, kesenjangan antar kelompok dan antar wilayah serta ketimpangan dan diskriminasi di pasar tenaga kerja,” kata Panji.
Penelitian ini dimulai pada bulan Juli 2014 dengan melakukan wawancara terhadap 27 responden ahli dengan menggunakan alat pengukuran berupa kuesioner dengan pertanyaan semi tertutup.
Metode yang digunakan adalah penilaian sejumlah ahli terhadap indikator atau soal dengan seri nomor peringkat antara 0-10.
Indikator yang ditanyakan kepada para ahli hanya sesuai dengan bidangnya yaitu politik, ekonomi, dan masyarakat sipil).
Proses pemilihan 27 ahli didasarkan pada pengambilan sampel secara sengaja. —Rappler.com