• September 7, 2024
Kami memiliki kebanggaan dan senjata

Kami memiliki kebanggaan dan senjata

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Meski kabar menyerahnya Panglima Tertinggi Goliat Tabuni kian santer, dua pimpinan OPM lainnya tak gentar dengan Tentara Nasional Indonesia. Mereka mengatakan kemerdekaan Papua tidak diukur dengan uang, jabatan atau jabatan.

JAYAPURA, Indonesia – Menghadapi kabar penangkapan petinggi OPM oleh polisi tidak menyurutkan semangat kedua panglima revolusioner Papua tersebut.

“Kami tidak akan menyerah dan akan terus berjuang untuk kemerdekaan Papua,” kata komandan revolusi Puron Wenda kepada Rappler, Selasa, 24 Maret 2015.

Tak hanya Puron, panglima revolusi lainnya, Enden Wanimbo, juga menolak menyerah. Alasannya sama, perjuangan kemerdekaan harus terus dilanjutkan.

“Saya tidak mau. Kalaupun ditawari jabatan, uang atau apa pun,” ujarnya.

Tentara Nasional Indonesia menyatakan Goliat Tabuni dan 23 pengikutnya telah menyerah. Namun pernyataan ini sulit dikonfirmasi.

(BACA: TNI: Panglima OPM menyerahkan diri)

Masih ada senjata dan amunisi untuk diperjuangkan

Puron mengklaim mereka saat ini memiliki banyak senjata dan amunisi. Mereka siap bertarung.

“Cinta kemerdekaan itu baik, Papua akan damai,” kata Puron.

Enden juga mengatakan hal serupa, dirinya tidak mau menerima tawaran apapun demi kemerdekaan Papua.

“Kami tidak mau dinegosiasikan, kami punya harga diri, kalau bisa bernegosiasi dengan pemimpin lain, kami tidak bisa,” kata Puron.

Enden juga mengklaim perjuangan kemerdekaan Papua tidak hanya dilakukan oleh para gerilyawan di hutan, tapi juga di luar negeri. Ia yakin Papua suatu saat akan merdeka.

Perjuangan setengah abad

Organisasi Papua Merdeka didirikan pada tahun 1965. Tujuannya hanya satu, yaitu memisahkan diri dari tanah air dengan cara menggulingkan pemerintahan Provinsi Papua dan Papua Barat yang tergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Meski dilarang karena keberadaannya sebagai gerakan separatis, OPM kerap membuat marah pemerintah Indonesia dengan mengibarkan bendera Bintang Kejora. Mereka juga mempunyai lagu nasional sendiri yaitu Hai Tanahku Papua.

Tidak hanya mengangkat senjata, mereka melakukan beberapa kali perundingan dengan Indonesia, namun tidak pernah berhasil. Presiden Joko “Jokowi” Widodo pernah datang ke Papua dan mengajak mereka berdialog.

“Yang masih di hutan, yang masih di gunung, mari kita bersama-sama membangun Papua sebagai negara yang damai,” kata Jokowi saat menghadiri Peringatan Natal Nasional di Stadion Mandala Jayapura, Papua, pada Sabtu malam, Desember. 27. 2014.

Namun OPM sepertinya tidak menghiraukan ajakan tersebut, aktivitas organisasi ini masih terus berjalan hingga saat ini.

Menyerah untuk kesekian kalinya

Penyerahan anggota OPM bukanlah kali pertama. Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2014sebanyak 500 orang yang diyakini simpatisan OPM Kaswari I dan II di Manokwari, Papua Barat menyerahkan diri.

Penyerahan tersebut ditandai dengan penyerahan 5 pucuk senjata jenis berbeda kepada Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Christian Zebua di Kampung Sumuruk, Distrik Ransiki, Manokwari, Papua Barat.—Rappler.com

Data Pengeluaran Sydney