Karena tidak berada di Aceh, belum diketahui nasib dosen yang membawa mahasiswanya ke gereja tersebut
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Informasi yang beredar, Rosnida sudah tidak berada di Aceh lagi karena merasa terancam nyawanya pasca ancaman pembunuhan melalui media sosial.
BANDA ACEH, Indonesia – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Farid Wadji Ibrahim menyatakan, pihaknya belum bisa menyelesaikan nasib Rosnida Sari, dosen yang mengajak mahasiswanya hadir di gereja, karena mereka harus mendengarkan informasi dari yang bersangkutan.
“Saya harus berbicara dengannya terlebih dahulu, secara pribadi dan juga dengan rektor. “Sampai kami mendengar keterangannya, kami belum bisa mengambil keputusan karena tidak tepat jika (keputusan) dilakukan secara sepihak,” kata Farid, Selasa (13/1) di Banda Aceh.
Rosnida menjadi dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry sejak tahun 2006 dan mengajar mata kuliah Kajian Gender dalam Islam pada semester ini. November lalu, ia mengajak sejumlah muridnya ke sebuah gereja di Banda Aceh untuk belajar tentang “bagaimana agama lain memandang hubungan antara laki-laki dan perempuan”.
Kamis (8/1) lalu, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry, Abdul Rani Usman, merekomendasikan kepada rektor untuk menonaktifkan sementara Rosnida dari kegiatan akademik. Rekomendasi itu diambil setelah pihaknya menggelar rapat senat dan mendengarkan pendapat para dosen senior di lingkungan fakultas. (MEMBACA: Dosen Aceh yang mengajak mahasiswanya ke gereja terancam disabilitas)
Selain itu, Rosnida juga disarankan untuk meminta maaf secara terbuka kepada pimpinan dan civitas akademika Fakultas Dakwah dan Komunikasi, rektor UIN Ar-Raniry, orang tua mahasiswa, tokoh masyarakat dan seluruh masyarakat Aceh lainnya. media.
Farid mengaku mendapat rekomendasi dari Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada Jumat malam (9/1). Ia pun mempelajari rekomendasi tersebut, namun masih belum bisa mengambil keputusan hingga bertemu dan berbicara dengan Rosnida.
Berdasarkan informasi dari aktivis perempuan, Rosnida sudah beberapa hari tidak berada di Aceh karena merasa terancam nyawanya setelah kritik dan ancaman pembunuhan tersebar melalui media sosial. Ponselnya juga sudah tidak aktif.
“Saya ditelepon Kapolda (Aceh) yang menanyakan keberadaan Rosnida agar bisa mendapatkan keamanan. Tapi, sampai saat ini belum diketahui keberadaannya, kata Farid berharap Rosnida segera menghubunginya.
Rektor UIN Ar-Raniry mengaku kasus tersebut tidak akan heboh jika Rosnida tidak menulis di situsnya tentang kegiatannya mengundang mahasiswa ke gereja. Australia Ditambah. Setelah tulisannya dikutip sejumlah media siber di Aceh dan dibagikan di Facebook, kasus tersebut mendapat beragam reaksi. Sejumlah komentar di Facebook bahkan mengancam Rosnida karena dianggap “melakukan keyakinan dangkal terhadap pelajar”.
“Mungkin hal ini tidak akan terjadi jika dia tidak menulis. “Menurut Dekan (Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry) kesalahannya karena tidak meminta izin kepada dekan karena biasanya jika ada kegiatan pembelajaran di luar kampus harus mendapat izin,” jelas Farid. .
“Secara sosial dan budaya di Aceh, hal seperti itu masih sensitif. Di Aceh masih tabu melakukan hal seperti itu. “Saya sebagai masyarakat Aceh sangat memahami persoalan ini,” ujarnya seraya menambahkan, saat ini ada mahasiswa UIN Ar-Raniry Jurusan Perbandingan Agama yang juga mempelajari agama selain Islam.
Disinggung berapa lama rektorat menunggu, Farid menegaskan masih menunggu keterangan resmi dari Rosnida. Farid pun meminta kepada Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk mencari dosen tersebut dan membawanya menemuinya.
Terkait keputusan yang akan diambil, Farid menyatakan tidak akan mengambil keputusan di luar rekomendasi dekan. “Kalau dia tidak aktif, menurut saya itu menguntungkannya karena dia tetap menerima gaji,” ujarnya. “Saya juga berharap dia tega meminta maaf agar masalah ini cepat selesai.”
Terkait desakan sejumlah kalangan agar UIN Ar-Raniry mengkaji ulang pengiriman dosennya belajar ke negara Barat, Farid mengatakan pihaknya tidak akan melakukan hal tersebut karena banyak lulusan perguruan tinggi Barat yang lebih taat menjalankan ibadah sesuai ajaran Islam. –Rappler.com