Kontroversi pemilihan Kapolri oleh Jokowi
- keren989
- 0
Komisaris Jenderal Pol. Dr. Budi Gunawan, SH, MSi, PhD, begitulah nama lengkap jenderal kelahiran Surakarta, 11 Desember 1959 ini diusulkan ke DPR oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo untuk menjadi Kapolri baru.
Prosesnya cukup cepat. Surat Komisi Kepolisian Nasional kepada Presiden datang pada Jumat pagi (8/1), Jumat sore Presiden Jokowi mengirimkan surat ke DPR. Isinya: pencalonan Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri.
Sutarman, pejabat yang akan digantikannya, merupakan mantan ajudan Presiden Abdurrahman “Gus Dur” Wahid. Ia kerap menemani Presiden Gus Dur berjalan-jalan di halaman istana. Meski pensiun masih di bulan Oktober 2015, Presiden sepertinya ingin Kapolri segera diganti.
Penggantinya, Budi Gunawan, pernah menjadi ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri. Budi jelas bukan sembarang bantuan. Di antara ajudan Megawati, Budi yang paling banyak dibicarakan. Dia memiliki hubungan yang luas dengan media. Tak hanya itu, hubungannya dengan elite PDI Perjuangan terus berlanjut hingga saat ini. Tutup dan rapat.
Jika Anda masih ingat, saat kampanye Pilpres, tepatnya Juni 2014, salah satu tokoh PDI Perjuangan Trimedya Panjaitan bertemu dengan Budi Gunawan. Mereka makan bersama di sebuah restoran di Menteng. Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hadar Gumay juga berada di restoran yang sama.
Pertemuan itu bocor. Menurut Wakapolri Komjen Badrodin Haiti, pertemuan Budi dan Trimedya tidak bersifat rahasia. “Kalau rahasia kenapa diungkap,” tanya Badrodin. Anggota KPU tersebut, kata Badrodin, tidak sengaja hadir. Mereka makan di meja terpisah. Bagi saya, pertemuan ini menunjukkan kedekatan Budi dengan elite PDI Perjuangan.
Budi merupakan lulusan Akpol angkatan 1983. Ia berhasil meraih Adhi Makayasa, yaitu gelar yang diberikan kepada lulusan terbaik di angkatannya. Budi merupakan satu dari sembilan nama calon yang diajukan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhi Purdijatno. Kesembilan nama tersebut semuanya merupakan bintang tiga, dengan penampilan gemilang.
Komisi Kepolisian Nasional setelah melakukan wawancara ke atas –yaitu atasan calon, ke bawah– kepada sesama perwira yang berpangkat sama, dan ke bawah — kepada bawahan calon, mengajukan lima calon Kapolri.
Mereka adalah Komjen Badrodin Haiti, Kepala Lembaga Pendidikan Polri Komjen Budi Gunawan, Irjen Pengawasan Umum Polri Komjen Dwi Priyatno, Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komjen Suhardi Aulius, dan Kapolri. agen. Komjen Putut Eko Bayuseno.
Ada dua orang yang menjadi pendamping: Putut Eko Bayu Seno dan Budi Gunawan. Putut Eko Bayu merupakan asisten Presiden SBY pada 2004-2009. Beliau merupakan lulusan Akademi Kepolisian Angkatan 1984. Putut bukanlah pemenang Adhi Makayasa. Wisudawan terbaik angkatan 1984 adalah Brigjen Pol Wahyu Indra Pramugari, kini berusia 53 tahun, yang kini menjabat Widyaiswara Madya Sespim Polri.
Di antara nama-nama yang diajukan Komisi Kepolisian Nasional adalah yang paling senior adalah Komisaris Jenderal Badrodin Haiti yang juga menjabat Wakapolri. Lulusan angkatan 1982, Badrodin merupakan pemenang Adhi Makayasa. Kandidat paling junior adalah Komisaris Jenderal Suhardi Alius yang saat ini menjabat Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri. Dia angkatan 1985.
Profil Budi Gunawan ramai ditulis di berbagai media selama dua pekan terakhir sejak namanya digadang-gadang diusulkan menjadi Kapolri. Ia pernah menjadi asisten Megawati Soekarnoputri (2001-2004), Kapolda Jambi, Kapolda Bali, dan terakhir Kapel Diklat Polri. Singkatnya, dari sudut pandang karier, dia sudah lengkap.
Budi Gunawan juga merupakan salah satu jenderal polisi yang tulisannya sering dimuat di majalah. Ia pernah menjadi kolumnis majalah GATRA dan majalah Forum Justice. Penulisannya cukup lancar, membahas masalah nyata dan melihatnya dari sudut pandang keamanan.
Pencalonan Budi menarik perhatian karena namanya dikaitkan dengan kisah berani sejumlah jenderal polisi. Kata ‘gemuk’ bukanlah tanda lucu atau sehat. Menjadi gemuk saat ini merupakan tanda tidak sehat karena terlalu banyak lemak yang terlibat.
Masalah tagihan gemuk ini tidak akan pernah terselesaikan. Data yang dikirimkan Pusat Penelusuran dan Analisis Transaksi Keuangan (FPATK) sempat dikirim ke Mabes Polri, namun siapa pun yang memiliki rekening gemuk tidak pernah dibuka. Sejauh yang saya ingat, hanya dua petugas polisi yang dinyatakan bersalah atas rekening tidak wajar.
Mereka adalah Irjen Djoko Susilo, mantan Direktur Lalu Lintas Polisi, yang jabatan terakhirnya menjabat Gubernur Akpol. Harta kekayaannya yang disita KPK diperkirakan sekitar Rp 232 miliar. Wakil Djoko Brigjen Dikdik Purnomo kini tengah diadili.
Petugas polisi kedua yang divonis bersalah karena rekeningnya yang tidak sah adalah Asisten I Iptu Labora Sitorus. Ia ditetapkan sebagai tersangka oleh Polres Sorong Kota pada 18 Mei 2013. Dia didakwa dengan tiga kejahatan: pencucian uang, pembalakan liar, dan penyimpanan bahan bakar ilegal. Jaksa meminta hukuman 15 tahun, namun hakim Pengadilan Negeri Sorong memvonisnya 2 tahun. Tuduhan pencucian uang dinyatakan tidak terbukti.
Di Pengadilan Banding, hukuman Labora ditingkatkan menjadi 8 tahun. Dan di pengadilan kasasi hukumannya ditambah lagi, menjadi 15 tahun. Mahkamah Agung juga menjatuhkan denda tambahan sebesar Rp5 miliar atau subsider 1 tahun.
Akun gendut memang menjadi sesuatu yang sensitif di era saat ini, begitu pula bagi pihak kepolisian. Namun sejauh ini belum ada keputusan yang menyatakan Budi bersalah secara hukum karena memiliki rekening yang tidak teratur.
Oleh karena itu, sah-sah saja bila Jokowi mencalonkan Budi sebagai Kapolri. Mau tidak mau, Budi Gunawan sah bisa dicalonkan. Saya masih ingat ketika Pak. Badrodin Haiti diangkat menjadi wakil kapolri, namanya juga dikaitkan dengan akun gendut.
Kapolri merupakan jabatan strategis yang sangat krusial, tidak hanya dalam urusan keamanan, tapi juga dalam urusan hukum. Apa jadinya jika Kapolri berselisih paham dengan presiden? —Rappler.com
Uni Lubis, mantan Pemimpin Redaksi ANTV, menulis blog tentang 100 hari pemerintahan Jokowi. Ikuti Twitter-nya @unilubis dan membaca blog pribadinya unilubis.com.