• October 7, 2024

Kue keranjang khas Tahun Baru Imlek telah bertahan dari generasi ke generasi

Masyarakat Tionghoa tidak hanya memanfaatkan kue keranjang yang disusun bertumpuk untuk berdoa, tetapi untuk disantap bersama anggota keluarga.

Kue keranjang atau keranjang dodol tidak pernah absen dalam perayaan Imlek. Masyarakat Tionghoa tidak hanya memanfaatkan kue keranjang yang disusun bertumpuk untuk berdoa, tetapi juga untuk disantap bersama anggota keluarga. Di Bandung terdapat pabrik kue keranjang rumahan yang sudah berdiri lebih dari 80 tahun. Perusahaan keluarga yang berdiri sejak tahun 1930-an ini kini sedang mempersiapkan generasi keempatnya.

Masuk generasi keempat

Kue keranjang legendaris ini diberi nama Tek Kie yang tak lain adalah nama pendiri dan pemilik pertamanya. Saat ini Tek Kie dipimpin oleh Benny Ruslianto, generasi ketiga pewaris bisnis rumahan kue keranjang yang berlokasi di Jalan Pejagalan, Bandung, Jawa Barat. Dimulai sejak zaman kolonial, bisnis jajanan khas Imlek ini mengandalkan resep asli dari Tiongkok yang menjadi rahasia kelangsungan hidup Tek Kie selama lebih dari 80 tahun.

Demi melestarikan dan mengembangkan bisnis yang didirikan kakeknya, Benny kini mempersiapkan generasi keempat Tek Kie sebagai pemimpin perusahaan keluarga tersebut. Usaha kue keranjang yang sudah berjalan sejak tahun 1930-an ini akan dilanjutkan oleh Vincent Ruslianto (24), putra Benny. Beliau baru saja menyelesaikan Teknik Industri di Universitas Parahyangan Bandung. Vincent dipercaya keluarga sebagai keturunan Tek Kie yang diperkirakan akan mencapai usia produksi 100 tahun.

“Saya membantu dari kecil, sekarang saya sudah selesai kuliah dan saya mulai mengamalkan ilmu saya,” kata Vincent kepada Rappler Indonesia saat ditemui di kediamannya. Berbekal ilmu di bidang Teknik Industri, Vincent berharap usaha yang dirintis kakek buyutnya ini bisa semakin maju.

Gunakan 1 ton ketan per hari

Tek Kie mulai berproduksi pada akhir Desember tahun ini, padahal Tahun Baru Imlek 1566 jatuh pada 19 Februari 2015. Banyaknya pesanan membuat pengusaha kue keranjang rumahan ini mampu mengolah beras ketan hingga 1 ton per hari.

Untuk menjaga kualitas bahan, Tek Kie sengaja membuat tepung ketan sendiri. Proses pembuatan kue keranjang sendiri memakan waktu sekitar 20 jam, jika ditambah proses penggilingan tepung ketan memakan waktu lebih dari sehari. Karyawan yang bekerja untuk memenuhi pesanan tersebut hanya berjumlah 25 orang, sehingga memerlukan manajemen waktu dan stamina yang cukup untuk memenuhi seluruh pesanan.

“Kendala yang ada mengharuskan kami memulai produksi lebih awal. Jadi, tekstur dodolnya akan disesuaikan dengan kebutuhan saat ingin menyantapnya. “Yang membantu juga butuh istirahat,” kata Jessica Lorraine, 55, yang sibuk di meja kasir sambil menjawab panggilan telepon pelanggan yang terus berdering.

Tek Kie menjual kue keranjang mulai dari Rp 33.000 hingga Rp 38.000, harga tergantung ukuran dan varian rasa. Ukuran terkecil 10 cm, sedang 12 cm, sedangkan terbesar 16 cm. Sedangkan pilihan rasa ada dua, yaitu rasa vanilla original dan rasa kulit jeruk yang disebut cintong.

Mempertahankan kualitas

Komposisi bahannya boleh sama, namun kualitas bahan dan teknik pembuatan yang berbeda akan menghasilkan rasa yang berbeda. Begitu pula dengan Tek Kie. Demi menjaga resep asli dari negara asalnya, Tek Kie tak mau berkompromi untuk bersaing dengan kompetitornya dengan harga murah.

Dari kualitas dan tekstur tepungnya, home industri kue keranjang ini menggilingnya sendiri untuk mendapatkan hasil yang sesuai keinginan. Bahkan peralatan memasaknya pun masih menggunakan mesin keluarga yang diturunkan secara turun temurun. Resep dasar dan cara pengolahannya tidak pernah berubah sehingga rasanya dijamin sama seperti kue Tek Kie pertama kali diproduksi.

Untuk menjaga kualitas, Tek Kie sadar harga yang dipatoknya sedikit lebih mahal. Namun, inilah harga yang harus dibayar demi kemurnian resep tradisional. Prinsip inilah yang membuat jumlah pelanggan semakin meningkat, bahkan produksi kue keranjang selalu meningkat setiap tahunnya.

“Kami ingin melestarikan resep warisan nenek moyang. Lebih baik mahal, asalkan rasa asli yang diwariskan dari generasi ke generasi tetap bertahan dan bisa dinikmati oleh generasi sekarang. “Bagi kami keaslian rasa lebih berharga,” kata Jessica.

Tek Kie pergi ke luar negeri

Harga yang murah lebih diutamakan, namun kualitas yang mewah tetap akan dicari. Ternyata, padahal Tek Kie hanya memasarkan kue keranjang saja pengecer di Bandung dan sekitarnya, tapi manisnya bisa dibawa ke luar negeri.

Rappler bertanya pada salah satu dari mereka pengecer Tek Kie menerima pesanan itu. “Saya sudah melakukan ini sejak lama pengecer. Rasanya enak, berbeda dengan yang lain. “Kue keranjang ini juga lebih cepat terjual,” kata Eva. Jarak dari rumah dan melewati kemacetan di pagi hari layak dilakukan untuk membeli kue keranjang Tek Kie.

Baik dengan memesan secara langsung atau melalui pengecer, perjalanan kue Tek Kie ke berbagai kota di seluruh Indonesia. Bahkan tak jarang penikmat setia kue khas Imlek buatan Bandung ini dibawa ke Singapura, Malaysia, dan beberapa negara lainnya. Sesuai dengan maknanya, kue keranjang merupakan simbol berkumpulnya seluruh anggota keluarga, baik yang tinggal di kota yang sama maupun di negara yang berbeda. —Rappler.com

Pengeluaran SDY