• November 23, 2024

Relawan longsor Banjarnegara bekerja dalam diam

Saya membuka halaman demi halaman surat kabar Kompas hari ini, Senin (5/1). Judul halaman depan semuanya tentang bisnis penerbangan. Newspeg Tragedi AirAsia QZ8501 memasuki babak baru, membingungkan informasi apakah pesawat yang terbang dari Surabaya menuju Singapura pada Minggu pagi (28/12) itu memiliki izin terbang atau tidak. Rangkuman kebingunan hingga siang tadi bisa Anda baca pada artikel Rappler Indonesia berikut ini.

Cerita media yang menarik berinteraksi dengan percakapan di media sosial secara timbal balik. Maka tak heran jika tragedi AirAsia dan permasalahan yang berkembang menghiasi media sosial kita. Setidaknya di timeline saya, @unilubis. Saya mengikuti 960 akun. Cukup banyak.

Apa yang selama ini terabaikan, juga terabaikan dalam perbincangan di media sosial, juga belakangan ini di media massa, menjadi persoalan yang tidak kalah pentingnya. Misalnya saja pada Minggu sore (4/1), longsor kembali terjadi di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Karang Kobar, Banjarnegara, Jawa Tengah. Akibat longsor tersebut, jalur utama Banjarnegara-Karangkobar terputus.

Ruas jalan kembali tertutup longsor pada pukul 18.05 WIB akibat hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Karangkobar sejak pukul 17.00 WIB, kata Andri Sulistyo, koordinator posko darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Minggu malam, seperti dilansir Antara. di situs web berkata. . liputan6.com.

Berita ini tidak saya temukan di tempat lain, termasuk di surat kabar Kompas hari ini. Mungkin hal ini terkesampingkan oleh antusiasme pemberitaan tragedi AirAsia. Khususnya di media elektronik. Berita televisi tidak pernah berhenti menyajikan berita terkini titik sentral sumber informasi mengenai tragedi penerbangan ini. Saya juga sudah terlena selama dua hari terakhir memantau informasi bencana QZ8501.

Andri Sulistyo mengatakan, longsor dari tebing setinggi 10 meter itu tidak hanya menutup jalan, tetapi juga jembatan darurat pelat baja di Dusun Jemblung. Untuk itu, Jalan Banjarnegara-Karangkobar yang juga merupakan jalan utama menuju Kabupaten Pekalongan serta Dataran Tinggi Dieng ditutup sementara dan lalu lintas kendaraan dialihkan melalui jalur alternatif. Untungnya, tidak ada korban jiwa.

Bencana tanah longsor di Dusun Jemblung terjadi pada 12 Desember 2014. Sebanyak 98 korban ditemukan tewas, dan 21 lainnya dinyatakan hilang. Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan Menteri Sosial Khofifah Indrawansa mengunjungi para korban dan situasi di lapangan, sehari setelah kejadian.

Teman saya @Budhihermanto, seorang relawan yang selalu membantu dalam berbagai bencana alam, sudah bersama timnya di Karangkobar sejak hari pertama hingga sekarang. Ketika saya menghubunginya malam ini, dia sedang dalam perjalanan menuju rumahnya di Yogyakarta.

“Saya akan kembali ke Banjarnegara pada hari Kamis,” kata Budhi. Menurut dia, ada 203 orang yang masih berada di pengungsian. Logistik mencukupi. “Yang dibutuhkan adalah ketika mereka pindah ke perumahan sementara minggu depan. “Mereka membutuhkan peralatan, termasuk memasak,” lanjut Budhi.

Budhi Hermanto berbagi pengalamannya untuk majalah Rolling Stone Indonesia edisi terbaru No. 117, Januari 2015. Kiamat Kecil di Banjarnegara, itulah judul artikelnya. Di sana ia juga menulis bagaimana longsor Jemblung seakan menguras memori sedih bencana serupa tahun 2006 lalu. Saat itu terjadi longsor di Desa Cijeruk, Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara. Sebanyak 90 warga tewas tertimpa ribuan meter kubik tanah.

Bencana yang berulang.

Membaca wawancara Budhi Hermanto dengan para survivor, mereka yang selamat dari bencana tanah longsor di Jemblung, rasanya sangat memilukan. Butuh waktu lama bagi mereka untuk pulih dari rasa sakit akibat bencana, untuk memulai hidup setelah kehilangan harta benda dan ditinggalkan oleh anggota keluarga tercinta. Mereka harus didampingi. Budhi Hermanto dan rekan-rekan relawan bahu membahu bersama pemerintah daerah dan pemerintah untuk menjadi sahabat dalam membangun kehidupan.

Relawan di Banjarnegara bekerja dalam diam.

Magnet kamera menunjuk pada tragedi AirAsia. Ini adalah sebuah tragedi besar, melalui sebuah proses pencarian dan penyelamatan melibatkan sejumlah negara. Tidak hanya media lokal yang mengikuti dengan cermat, media internasional pun demikian. Merek-merek terkenal juga ikut dipertaruhkan: AirAsia dan Airbus, yang memproduksi pesawat naas tersebut.

Apa yang luput dari media

Yang juga luput dari perbincangan hangat adalah kenaikan harga gas elpiji nonsubsidi 12 kilogram yang dinaikkan Rp 1.500 per kg. Tadi malam sambil menganggukkan kepala, saya menyaksikan perdebatan di Twitter antara Said Didu, mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara era SBY-JK yang menggunakan akun @saididu, dan sejumlah orang termasuk @Panca66.

Said Didu pada intinya mengatakan, penyesuaian harga gas LPG sesuai harga keekonomian pasar merupakan rencana lama yang baru saja dilaksanakan. Pertamina mengalami kerugian yang cukup besar akibat subsidi LPG. Masukan Badan Pemeriksa Keuangan (FPA), kata Said Didu, jangan sampai Pertamina terus menerus mengalami kerugian akibat bisnis gas LPG untuk rumah tangga.

Begitu pula dengan harga BBM premium nonsubsidi, akan dilakukan peninjauan harga sesuai kondisi harga internasional.

Untuk gas elpiji 12 kg dievaluasi setiap tiga bulan sekali. Setelah kenaikan yang berlaku mulai 1 Januari 2015, harga rata-rata Pertamina menjadi Rp9.069 per kg. Jika ditambahkan komponen biaya lain seperti transportasi, pengisian, margin agen, dan pajak pertambahan nilai, maka harga per kg gas LPG menjadi Rp 9.575.

Ada kritikan bahwa kebijakan baru ini akan membuat konsumen gas beralih ke tabung melon, istilahnya tabung 3 kg yang masih bersubsidi. Inilah kelemahan subsidi produk. Kini masyarakat yang biasanya membeli bensin 12 kg beralih ke bensin 3 kg. Soalnya harga tabung tersebut meroket dan semakin sulit menemukannya.

Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil akan melakukan kajian komprehensif terhadap persoalan ini. Oh, saya heran kenapa tidak dilakukan kajian sebelum implementasi keputusan tersebut?

Berdasarkan data pemerintah, subsidi LPG 3 kg mencapai Rp 55,12 miliar pada tahun 2015. Dibandingkan tahun 2013, penghargaan tersebut meningkat hampir 80 persen. Mereka yang pro berpendapat jika harga tidak dilepas ke mekanisme pasar, subsidi gas LPG akan meledak menjadi masalah seperti subsidi BBM dan menjadi masalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (BPRS).

Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas, LPG 3 kg hanya diperuntukkan bagi rumah tangga dengan pengeluaran bulanan maksimal Rp1,5 juta dan usaha mikro. Ukuran usaha mikro adalah usaha yang mempunyai modal kurang dari Rp50 juta dan omzet kurang dari Rp300 juta per tahun. Siapa yang ingin mengontrol?

Masalah lain?

Kejaksaan Agung hari ini menunda penerapan hukuman mati terhadap enam terpidana mati.

Dua polisi dan satu petugas yang sedang berpatroli di kawasan PT Freeport Indonesia di Timika dibacok hingga tewas oleh orang tak dikenal tiga hari lalu.

Gunung berapi mulai aktif dan Sinabung kembali meletus.

Nasib para pedagang Klewermark yang menjadi korban kebakaran hebat yang memusnahkan dagangannya.

Wisatawan terdampar di Pulau Karimunjawa karena cuaca buruk.

Puluhan isu, bahkan puluhan, menjadi pemberitaan, namun bukan menjadi topik pembicaraan utama. Setidaknya di media sosial.

Sesuatu menyelinap masuk, siaran langsung Unduh Mantu.dll Raffi Ahmad dan Nagita Slavina disiarkan melalui sebuah stasiun televisi, tepat bersamaan dengan ditemukannya lokasi badan pesawat dan jenazah penumpang pertama.

Saya membaca komentar yang menyentuh hal ini. Apakah karena pengguna media sosial kita adalah masyarakat kelas menengah yang biasa terbang dengan pesawat? Jadi, Anda merasa menjadi bagiannya kedekatan alias lebih dekat dengan tragedi QZ8501 dibandingkan longsor yang memakan puluhan korban jiwa di Banjarnegara? Saya tidak punya data penelitian yang cukup, tapi mungkin.

Apakah Anda punya pendapat berbeda? —Rappler.com

Uni Lubis, mantan Pemimpin Redaksi ANTV, menulis blog tentang 100 hari pemerintahan Jokowi. Ikuti Twitter-nya @unilubis dan membaca blog pribadinya unilubis.com.

Togel SDY