• October 18, 2024
5 keluarga terkaya di Indonesia menurut Forbes

5 keluarga terkaya di Indonesia menurut Forbes

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Dalam proses pembuatan daftar ini, Forbes menilai kekayaan ratusan keluarga. Proses penjurian dilakukan berdasarkan harga saham dan nilai tukar yang berlaku pada 25 September

JAKARTA, Indonesia – Untuk pertama kalinya Forbes meluncurkan daftarnya 50 keluarga terkaya di Asiasebagai upaya untuk mengamati peran bisnis keluarga dalam dunia bisnis di Asia.

Lima keluarga terkaya Indonesia masuk dalam daftar tersebut. Siapa saja mereka dan bagaimana cara mereka mengumpulkan kekayaan?

1. Keluarga Hartono (peringkat 12, kekayaan: US$ 12,7 miliar)

Pada tahun 1950, Oei Wie Gwan mengambil alih sebuah perusahaan yang hampir bangkrut di Kudus, Jawa Tengah. Belakangan dia menyebutnya Djarum. Kedua putranya Robert Budi dan Michael Hartono mewarisi bisnis Djarum setelah Oei meninggal pada tahun 1963. Saat ini Djarum merupakan salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia.

Belakangan, keluarga Hartono juga terjun ke dunia perbankan dengan mendirikan Bank Central Asia (BCA) yang saat ini menjadi bank dengan nilai aset terbesar kedua di Indonesia.

2. Keluarga Widjaja (urutan ke-28, kekayaan: US$ 5,8 miliar)

Eka Tjipta Widjaja merantau dari Tiongkok ke Indonesia ketika ia masih sangat muda dan mulai berbisnis pada usia 17 tahun dengan berjualan biskuit. Pada tahun 1962 ia mendirikan Grup Sinarmas.

Saat ini, Sinarmas adalah salah satu grup bisnis terbesar di Indonesia dengan portofolio yang mencakup sektor pertanian dan pangan, real estat, jasa keuangan, energi, infrastruktur, dan kertas.

3. Keluarga Lohia (peringkat 31, kekayaan US$ 5,5 miliar)

Mohan Lal Lohia, seorang pedagang tekstil dan putranya Sri Prakash Lohia pindah ke Indonesia pada tahun 1973 dan memulai bisnis dengan mendirikan produsen benang pintal dengan nama Indorama Synthetics.

Pada tahun 1975, keluarga Lohia mendiversifikasi usahanya ke sektor petrokimia yang saat ini menjadi salah satu sumber utama kekayaan mereka.

4. Keluarga Wonowidjojo (peringkat 32, kekayaan US$ 4,9 miliar)

Suku Wonowidjojo merantau dari Tiongkok pada tahun 1927. Salah satu anggotanya, Surya, mendirikan pabrik rokok kretek Gudang Garam pada tahun 1958 yang kemudian berkembang menjadi salah satu “raksasa” industri rokok Indonesia.

Pada tahun 1983, putra sulung Surya Rachman Halim mengambil alih bisnis Gudang Garam sebelum meninggal dan digantikan pada tahun 2008 oleh Susilo Wonowidjojo. Susilo adalah saudara laki-laki Rachman Halim.

5. Keluarga Salim (urutan ke-37, kekayaan US$4,1 miliar)

Grup Salim berakar pada bisnis Liem Sioe Liong yang merantau dari Tiongkok ke Indonesia pada tahun 1938 dan memulai bisnisnya dengan menjual pakaian secara door to door. Grup Salim saat ini dipimpin oleh putra Liem, Anthony Salim dan menjalankan bisnis di berbagai sektor seperti makanan, otomotif, telekomunikasi, real estate, ritel, dan perbankan.

Dalam proses pembuatan daftar ini, Forbes menilai kekayaan ratusan keluarga dengan batas kekayaan minimal US$2,9 miliar. Proses penjurian dilakukan berdasarkan harga saham dan nilai tukar yang berlaku pada 25 September.

India menjadi negara dengan perwakilan terbanyak dengan 14 keluarga.

Satu temuan menarik lainnya dari daftar ini adalah meskipun banyak dari mereka adalah keturunan Tionghoa, tidak satu pun dari 50 keluarga dalam daftar tersebut berasal dari Tiongkok. — Rappler.com

Baca juga:

slot