• July 27, 2024
Saat istri penumpang Adam Air mengenang kecelakaan pesawat 8 tahun lalu

Saat istri penumpang Adam Air mengenang kecelakaan pesawat 8 tahun lalu

Dulu, suaminya naik ojek Malang-Surabaya agar tidak ketinggalan pesawat Adam Air. Tak disangka, dia malah tewas, pesawatnya jatuh.

SURABAYA, Indonesia- Sore itu, Selasa (30/12), Crisis Center Terminal II Bandara Juanda masih ramai dengan jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501. Seorang perempuan paruh baya terlihat menggendong anak kecilnya sambil mendekati Posko Ante Mortem yang terletak tak jauh dari Crisis Center.

Beberapa awak media datang menyambut kedatangan wanita tersebut. “Ibu dari keluarga penumpang?” tanya salah satu jurnalis. “Tidak pak, saya istri korban Adam Air. “Saya ingin bertemu keluarga penumpang, saya ingin memberikan dukungan moril,” ujarnya.

Wanita tersebut bernama Yulinar Firdaus, delapan tahun lalu tepatnya 1 Januari 2007, ia kehilangan suaminya Bambang Utoyo dalam kecelakaan pesawat Adam Air DHI 574 yang jatuh di perairan Majene, Sulawesi Barat.

Hilangnya Air Asia pada Minggu 28 Desember 2014 kembali membawa duka Yuniar ke permukaan. “Rasanya saya kembali ke ground zero ketika melihat berita ini, sedih bisa kembali lagi. Saya mengetahui berita Air Asia ini dari anak saya. Katanya ibu mengalami kecelakaan pesawat, sama seperti pesawat ayah sebelumnya, kata Yulinar.

Mengetahui kejadian tersebut, perempuan yang berbisnis kuliner ini tergerak untuk mengunjungi keluarga penumpang di Juanda. “Niat saya di sini adalah untuk menguatkan keluarga penumpang. “Saya ingin memberi mereka semangat, saya tahu bagaimana rasanya menunggu tanpa kepastian,” ujarnya.

Meski rumahnya berada di kawasan Malang, ia tak segan-segan mengunjungi keluarga penumpang Air Asia di Bandara Juanda, Surabaya. “Saya berangkat dari rumah menggunakan bus pada pukul 09.00, namun saya terjebak kemacetan di jalan raya. “Saya ingat suami saya berangkat ke Juanda pagi-pagi bahkan naik ojek dari Malang,” kenang Yulinar.

Saat itu, suami Yulinar tak mau ketinggalan pesawat. 31 Desember 2006, Bambang mendengar kabar ibunya meninggal dunia di kampung halamannya di Ternate. Bambang yang belum pernah naik pesawat akhirnya memilih maskapai Adam Air tujuan Surabaya-Manado untuk penerbangan perdananya. Ia bermaksud berangkat ke Makassar dan melanjutkan perjalanan ke Ternate. Namun di luar dugaan, penerbangan pertamanya juga merupakan penerbangan terakhirnya.

Setelah mengetahui pesawat suaminya hilang, Yulinar tak mengalihkan pandangan dari pemberitaan di televisi selama 3 hari. Saat itu, dia optimistis suaminya akan selamat. Dua saudaranya pun turut serta dalam pencarian pesawat di Gunung Gandang Dewata, Mamuju, Sulawesi Barat. “Dua saudara laki-laki saya ikut mencari. Saat itu ada informasi pesawat tersebut jatuh di darat. “Saya pikir kalau saya jatuh ke darat, kemungkinan besar saya akan selamat, apalagi suami saya adalah pencari nafkah keluarga, dia orang yang kuat,” kata perempuan berusia 38 tahun itu.

Menurut Yuniar, setelah beberapa hari dilakukan pencarian, ditemukan benda yang diduga serpihan pesawat Adam Air. Kabar ini menghancurkan harapan Yuniar. Bersama ketiga anaknya, ia berusaha menerima kepergian suaminya yang tak kunjung ditemukan jenazahnya. Untuk mengenang mendiang suaminya, ia dan keluarga selalu berdoa bersama setiap tanggal 1 Januari.

AIR ADAM.  Yulinar Firdaus dan anak-anak mengunjungi Bandara Juanda untuk menyemangati keluarga penumpang AirAsia QZ8501, Selasa 30 Desember 2014. Foto oleh Kartika Ikawati/Rappler

Saat ini Yuniar sudah pulih dari kejadian tersebut. Dia menikah lagi dan memiliki satu anak. Gadis kecil yang dibawanya ke Juanda adalah anak dari suami bungsunya. Anak berusia 4 tahun itu sepertinya tidak mengetahui apa yang dilakukan ibunya di Juanda Crisis Center, terkadang anak bernama Ica itu merengek dan meminta ibunya pulang. Padahal saat itu Yuniar belum bertemu satu pun keluarga penumpang Air Asia.

Rappler menemani Yulinar meminta izin masuk ke Crisis Center tempat berkumpulnya keluarga penumpang. Namun karena pengamanan ketat, Yulinar tidak diperbolehkan masuk. “Tidak apa-apa Kak, aku senang keinginanku terkabul disini, aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk penumpang dan keluarganya,” ucapnya sambil tersenyum.

Satu jam setelah perbincangan Rappler dengan Yulinar, muncul kabar penemuan puing-puing pesawat dan salah satu jenazah. Kabar ini disambut baik oleh Yulinar.

“Alhamdulillah kami menemukannya. “Keluarga tidak perlu menunggu selama saya sebelumnya,” katanya lembut.

Pada tanggal 1 Januari 2007, penerbangan Adam Air DHI 574 berangkat dari Bandara Juanda, Surabaya pukul 12.59 WIB. Pesawat Boeing 737-400 itu sedianya mendarat di Makassar pada pukul 14.25 WIB dan kemudian melanjutkan penerbangan ke Manado. Dua puluh menit sebelum jadwal pendaratan di Makassar, pilot Adam Air menghubungi ATC di Bandara Hasanuddin, Makassar dan mengabarkan bahwa pesawat telah tertabrak. lintas anginSatu menit kemudian, pesawat Adam Air hilang dari pantauan radar sekitar 157,4 kilometer barat laut Makassar pada ketinggian 10.668 meter. Hingga batas akhir bahan bakar Adam Air pukul 17.00 WIB, pesawat masih belum diketahui keberadaannya.

Kotak hitam Adam Air pertama kali ditemukan pada 28 Agustus 2007 di kedalaman 2000 meter di perairan Majene, Sulawesi Barat. Dari survei Black Box, KNKT menyimpulkan kecelakaan yang menewaskan 102 penumpang tersebut disebabkan cuaca buruk dan kerusakan alat navigasi.-Rappler.com

keluaran hk