• July 26, 2024
Sejumlah kontroversi politik di era Jokowi

Sejumlah kontroversi politik di era Jokowi

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Belum genap dua bulan menjabat, pemerintahan Jokowi sudah banyak mengeluarkan kebijakan kontroversial. Apa itu dan bagaimana reaksi masyarakat?

Tak heran jika pemilik media sosial seperti Twitter dan Facebook mengumumkan pencapaian penggunanya di Indonesia. Tidak harus ada berita terkini seperti bencana alam, aksi terorisme atau tragedi lainnya hingga memicu ramai perbincangan di kalangan pengguna media sosial di Indonesia. Apalagi, luka pasca pemilu presiden belum juga sembuh. Secara politis, opini publik terbagi. Pro pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan sekutunya. Atau pro Prabowo Subianto dan sekutunya.

Saya ingat, ketika saya menyemangati teman-teman di salah satu media siber yang pemiliknya punya kepentingan politik, saya bilang, “Iya, kalau dibiarkan, situasi ini akan berlangsung hingga Juli.” Begitu pemilu presiden selesai, dan yang pasti pemiliknya. tidak akan menjadi presiden, semoga bapak/ibu bisa lebih leluasa menjalankan tugas jurnalistiknya.”

Aku salah. “Perang urat syaraf” antara Koalisi Indonesia Raya dan Koalisi Merah Putih terus berlanjut. Akan menjadi lima tahun naik dan turun. Hal ini menyebar ke redaksi yang pemilik dan pemimpinnya mempunyai kepentingan politik. Di kedua kubu.

Karena lanskap politik ini, apa pun bisa memicu perdebatan di ranah media sosial. Lebih menarik lagi karena para politisi ikut berdebat di media sosial. Presiden dan mantan presiden pun saling melontarkan sindiran di media sosial. Yang terbaru adalah sindiran di akun @SBYudhoyono yang intinya mengatakan bahwa pemerintahan Jokowi tidak boleh mencari kambing hitam atas melemahnya nilai rupiah. (BACA: Tweet SBY Soal Penurunan Rupiah: Jangan Salahkan Saya)

Kontroversi lainnya terkait kebijakan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Mariani Soemarno. Entah kenapa sosoknya disorot sejak awal. Saya menduga hal ini lebih disebabkan oleh besarnya wewenang dan glamornya ratusan kursi direksi BUMN. Tidak mengherankan, banyak yang melakukannya tidak pasti dengan bos baru dan calon penggantinya.

Posisi Menteri BUMN termasuk yang diperebutkan. Untungnya, media itu dimiliki oleh pendahulu Rini Soemarno, Dahlan Iskan. Tidak mungkin media Pak DI mengkritik pemiliknya, bukan? Apakah itu sudah selesai. Saya merasakan kesulitannya. Rini tidak punya hak istimewa Itu.

Strategi menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015?

Namun Menteri Rini juga menarik perhatian untuk melakukan terobosan. Misalnya, ada kemungkinan direksi BUMN dijabat asing. Pasalnya, menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, BUMN membutuhkan orang-orang yang mampu memenangkan persaingan di pasar global. Mulai dari pasar regional. Hal ini membutuhkan manajer dengan pengalaman pasar global. Kalau harus mempekerjakan ekspatriat, kenapa tidak?

Meski usulan ini hanya sekedar wacana, dan akan dilaksanakan jika dan hanya jika tidak ada orang Indonesia yang cocok untuk posisi yang dibutuhkan, namun gagasan Menteri Rini mengundang pro dan kontra. Penentangan lebih keras juga datang dari politisi Senayan. Perdebatan pun menyebar ke media sosial. Komentar yang bagus. Ada pula yang mempertanyakan nasionalisme. Indonesia ingin menjualnya kepada asing.

Di sisi lain, masyarakat mengharapkan adanya terobosan signifikan dalam jalannya pemerintahan, termasuk BUMN. Sehingga tidak sama dengan pemerintahan sebelumnya. tidak lagi bisnis seperti biasa. Memikirkan di luar kotak. Dan tentu saja untuk pemerintah tampil di dalam kotak. Eksekusi sesuai dengan aturan regulasi yang berlaku.

Jadi jika Anda membutuhkan sesuatu yang baru, mengapa tidak latihan ide direksi BUMN asing? Atau ada ide lain?

Bagaimana jika suatu BUMN ingin memperluas usahanya di negara lain, sementara tidak ada pegawai yang memahami pasar di negara tersebut? Bolehkah BUMN merekrut pejabat dari negara tersebut?

Saya tak mau membahas soal Menteri BUMN yang melarang pegawai perempuan berhijab. Masalahnya tidak jelas. Tanpa verifikasi. Dan itu ditolak. Sayangnya, politisi Senaya pun berkomentar tanpa verifikasi. Asal usul suara.

Respons Jokowi sangat ditunggu-tunggu

Menteri Susi Pudjiastuti menuai kontroversi atas kebijakannya menenggelamkan kapal yang berlayar ilegal di perairan Indonesia. Menteri Yuddy Chrisnandi melontarkan ide yang ditanggapi negatif, yakni pengurangan jam kerja pegawai perempuan di pemerintahan. Selain itu dalam surat edaran pertemuan tersebut baik konsumsi maupun bangunan tidak diperbolehkan berada di hotel. (BACA: Pemerintah Bela Diri Atas Insiden di Hotel Bidakara dan Balai Kartini)

Ada beberapa kontroversi lainnya. Singkatnya, lanskap politik dan juga budaya masyarakat Indonesia yang ramah dan senang ngobrol apapun membuat kita tidak kekurangan bahan diskusi di media sosial.

Tantangannya adalah bagaimana pemerintahan Jokowi mengelola berbagai kontroversi, termasuk yang diperburuk oleh lanskap politik. Tidak semua masalah atau kritik perlu ditangani. Apalagi, tadi malam (18/2) di acara HUT LKBN Antara, Jokowi menyatakan kritik tajam merupakan hal yang wajar. Pemutaran alias cuek dengan kritikan, kamu juga harus hati-hati. Masyarakat yang berharap banyak pada pemerintahan baru perlu kejelasan. Menangani. Apa sebenarnya agenda pemerintah? Bagaimana cara mencapai agenda itu?

Komunikasi yang jelas akan memudahkan masyarakat menangkap ide, terutama terobosan yang ingin dilaksanakan. Minimnya informasi, meski hanya satu atau dua hari, membuka ruang spekulasi. —Rappler.com

Uni Lubis, mantan Pemimpin Redaksi ANTV, menulis blog tentang 100 hari pemerintahan Jokowi. Ikuti Twitter-nya @unilubis dan membaca blog pribadinya unilubis.com.


SDY Prize