• July 27, 2024
Setahun pemerintahan Jokowi, Nawa Cita jangan hanya sekedar slogan

Setahun pemerintahan Jokowi, Nawa Cita jangan hanya sekedar slogan

JAKARTA, Indonesia – Pemimpin redaksi forum berharap Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla tidak mudah terganggu oleh intrik-intrik yang merusak keharmonisan, seperti agar tidak terulang kembali. kehilangan kesempatan di tahun pertama.

Jokowi dan Kalla mengawali pemerintahannya setahun lalu dengan mengambil keputusan tidak populer, yakni menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Dari sisi ekonomi, langkah ini dinilai tepat karena menghilangkan subsidi BBM yang membebani defisit transaksi berjalan.

“Alokasi dana subsidi BBM juga memberikan peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan infrastruktur dan sektor produktif,” demikian pernyataan bersama Forum Pemimpin Redaksi yang disampaikan pada Senin 19 Oktober 2015 di sekretariat Wisma Antara, Jakarta.

Hadir dalam acara tersebut Ketua Forum Editorial 2015–2018 Suryopratomo, direktur pemberitaan Metro TV dan Sekretaris Heddy Lugito, pemimpin redaksi majalah Gatra.

Mereka yang mengkritik keputusan kenaikan harga bahan bakar minyak menekankan bahwa hal pertama yang perlu dilakukan adalah membasmi mafia impor bahan bakar yang harus dibeli Indonesia dengan harga lebih tinggi.

Apalagi tidak lama setelah kenaikan harga BBM, pemerintah menurunkan harga, harga internasional pun turun. Harga bahan pangan dan kebutuhan lainnya yang anjlok pasca kenaikan harga BBM hingga saat ini belum juga turun.

Forum Redaksi menyesalkan kegagalan pemerintah dalam memanfaatkan peluang momentum efisiensi yang diperoleh dari kenaikan harga bahan bakar.

“Ketika kondisi global memburuk, pemerintahan Jokowi-JK tidak segera merespon dengan kebijakan yang merangsang dunia usaha dan mencegah penurunan daya beli masyarakat. Selain urusan non-ekonomi, tenaga anggota Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) terkuras urusan internal kementerian dan pemerintahan, kata Suryopratomo.

Pada tahun pemerintahan Jokowi-JK, pertumbuhan ekonomi melambat, diperkirakan tidak mencapai 5 persen. Laju pertumbuhan ekonomi ini tidak mampu mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada lima-enam bulan pertama pemerintahan Jokowi-JK, angka pengangguran dan kemiskinan meningkat signifikan.

Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) tidak segera berkoordinasi untuk mencegah dampak perlambatan ekonomi global yang mulai melemahkan perekonomian nasional. Sejumlah paket stimulus ekonomi baru telah diperkenalkan setelah perekonomian Indonesia terkena dampak yang parah.

Potensi pertumbuhan Indonesia sangat besar meskipun kondisi perekonomian global masih diwarnai ketidakpastian. Menurut BPS, Indonesia memiliki sekitar 170 juta atau 68% penduduk usia kerja. Bonus demografi ini belum dimanfaatkan secara optimal. Begitu pula dengan kelas menengah yang mencapai sekitar 60 juta jiwa. Jika pemerintah memiliki kebijakan yang tepat dan manajemen yang baik, seharusnya perekonomian Indonesia bisa tumbuh di atas 6%.

“Tahun pertama pemerintahan Jokowi-JK merupakan pembelajaran yang sangat berharga. Kita mengalami apa yang disebut kesempatan yang hilang. Sekarang tinggal empat tahun lagi. “Pemerintahan Jokowi-JK harus berhenti menyia-nyiakan kesempatan yang ada,” tulis Forum Redaksi dalam rilisnya.

Sebagai bentuk tanggung jawab pers yang akan selalu mengawasi jalannya pemerintahan, pada tahun pertama pemerintahan Jokowi-JK, Forum Redaksi menyerukan:

1. Pemerintah harus memperhatikan dinamika yang terjadi di tingkat global dan segera menyikapinya dengan kebijakan yang tepat. Permasalahan internal pemerintahan, kementerian dan lembaga, baik pusat maupun daerah, harus segera diselesaikan agar pemerintah mempunyai kemampuan merespon perubahan global dengan cepat.

2. Perlambatan perekonomian dan pergerakan nilai tukar rupiah yang berfluktuasi tidak boleh dibiarkan. Berbagai kebijakan ekonomi dan langkah konkrit harus segera diambil untuk mencegah situasi semakin buruk. Harus ada percepatan penyerapan anggaran belanja untuk menggerakkan roda perekonomian. Perbaikan iklim investasi perlu dilakukan secara lebih serius.

3. Pemerintah harus segera melakukan perbaikan kepercayaan publik agar investasi dapat kembali. Berbagai janji harus segera diwujudkan dan komunikasi politik harus dijalankan dengan lebih elegan untuk membentuk persepsi masyarakat yang positif terhadap kemampuan pemerintah dan masa depan bangsa.

4. Paket kebijakan ekonomi yang telah digulirkan harus segera dilaksanakan agar tidak menjadi macan kertas. Peraturan pelaksanaan yang lebih rinci harus segera dirumuskan dan pengawasan pada tingkat pelaksanaan harus ditingkatkan. Pengurangan angka kemiskinan dan pengangguran hanya dapat dicapai jika pertumbuhan ekonomi dapat digenjot di atas 6% per tahun.

5. Kami menyerukan kepada pemerintah untuk mengatasi melemahnya daya beli masyarakat dengan memberikan stimulus fiskal dan stimulus moneter yang lebih efektif, mengendalikan laju inflasi, mendorong perluasan lapangan kerja, mencegah PHK dan mendorong pertumbuhan ekonomi agar terlacak. Penggunaan dana desa dan pembangunan infrastruktur di daerah harus mengutamakan proyek padat karya.

6. Pemerintah hendaknya memberikan perhatian yang lebih besar terhadap upaya mengurangi kesenjangan dan ketimpangan ekonomi melalui pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan mendorong pembangunan di luar Pulau Jawa. Meningkatnya pengangguran dan kemiskinan masyarakat harus dicegah. Prioritas ketiga Nawacita, “pembangunan Indonesia dari pinggiran”, tidak boleh hanya sekedar slogan, namun harus benar-benar dilaksanakan.

7. Kegiatan perekonomian dalam negeri harus menjadi prioritas dengan memperkuat industri lokal. Berbagai pembelian barang pemerintah dan BUMN sebaiknya mengutamakan produk dalam negeri. Elit politik harus menjadi contoh bagi masyarakat dalam mengonsumsi produk lokal. Kami juga mengimbau pemerintah segera menyiapkan strategi terpadu dan langkah konkrit untuk menggenjot ekspor guna memperkuat neraca perdagangan.

8. Pemerintah perlu membangun koordinasi yang lebih baik dengan Bank Indonesia dan OJK. Untuk menghadapi ketidakpastian perekonomian global, pemerintah harus segera membentuk Protokol Krisis dengan memperkenalkan RUU Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK).

9. Perlu dilakukan peningkatan kualitas dan penguatan koherensi kabinet agar terbangun sinergi dan tidak sekadar kegaduhan yang diperlihatkan kepada masyarakat. Presiden sebagai “CEO” harus mengambil sikap yang jelas dan memberikan arahan yang jelas kepada setiap menterinya.

10. Kekacauan data yang sering terjadi harus segera diatasi agar berbagai kebijakan, termasuk impor pangan, didasarkan pada data yang akurat. Kesalahan data yang terus dibiarkan akan merugikan kemampuan bangsa untuk berswasembada di bidang perekonomian, salah satu sentimen Trisaksi yang selalu digaungkan Presiden.

11. Kami menghimbau kepada pemerintah untuk memberikan perhatian terhadap reformasi hukum pada tingkat produk hukum dan penegakan hukum pada tingkat implementasi untuk memberikan kepastian hukum kepada pelaku usaha dan seluruh masyarakat.

12. Presiden dan Wakil Presiden hendaknya menjadi pemimpin ganda negara ini dan tidak mudah teralihkan oleh intrik-intrik yang merusak kerukunan.

—Rappler.com

BACA JUGA:

Penafian: Managing Director Rappler Indonesia Uni Lubis adalah anggota forum Pemimpin Redaksi. Ia menjabat sebagai ketua Kelompok Kerja Jurnalistik.

Data HK Hari Ini